Ngaji Tafsir Al-Humazah/104, Celakalah Pengumpat dan Pencela
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍۙ
Celakalah setiap pengumpat lagi pencela
(Al-Humazah [104]:1)
ويل: اسم مفرد، مبتدأء، مرفوع بالضمة
وَيْل : kemalangan , kebinasaan , kehancuran , keruntuhan , kekalahan
ل: حرف جر
كل: اسم مفرد، مجرور بالكسرة
كُلّ : semua , setiap , seluruh , utuh
همزة: اسم مفرد، مضاف إليه، مجرور بالكسرة
صيغة مبالغة من همَزَ
همَزَ يَهمِز، اِهْمِزْ، المصدر هَمْزٌ، فهو هامز، والمفعول مَهْموز
هَمَزَ - يهمز : menyodok , menyodok dengan sepatu , mendorong , mendesak , menusuk , menolak
KBBI: peng.um.pat
n orang yang suka mengumpat
KBBI: um.pat (1)
n perkataan yang keji (kotor dan sebagainya) yang diucapkan karena marah (jengkel, kecewa, dan sebagainya); cercaan; makian; sesalan; umpatan:
لمزة: اسم مفرد، بدل، مجرور بالكسرة
اللُمَزَة و اللَمَّازُ : yang suka mencela orang
KBBI: pen.ce.la
n orang yang mencela (mengecam dan sebagainya)
KBBI: ce.la /cêla/
1. n sesuatu yang menyebabkan kurang sempurna; cacat: tidak ada cacat --nya sedikit pun
2. n aib; noda (tentang kelakuan dan sebagainya)
3. n hinaan; kecaman; kritik: puji dan -- harus kita terima dengan lapang dada
Perbedaan pengumpat dan pencela:
Pengumpat adalah seseorang yang suka menyebarkan informasi negatif atau merendahkan orang lain secara tidak langsung, sedangkan pencela orang yang lebih terbuka dalam merendahkan atau menilai buruk orang lain secara langsung.
Tafsir Jalalayn:
(Kecelakaanlah) lafal Al-Wail ini adalah kalimat kutukan, atau nama sebuah lembah di neraka Jahanam (bagi setiap pengumpat lagi pencela) artinya yang banyak mengumpat dan banyak mencela. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka mengumpat Nabi saw. dan orang-orang mukmin, seperti Umaiyah bin Khalaf, Walid bin Mughirah dan lain-lainnya.
Umaiyah bin Khalaf:
Tokoh kontroversial dalam sejarah Islam. Dia merupakan pemimpin Quraisy di Mekkah pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAW. Umaiyah dikenal karena mendukung keras penindasan terhadap Muslim awal dan menjadi salah satu lawan utama Islam.
Meskipun ia adalah salah satu tokoh musuh Islam, namun setelah penaklukan Mekkah pada tahun 630 M, Nabi Muhammad memberikan amnesti kepada Umaiyah bin Khalaf. Umaiyah kemudian mengakui kebenaran Islam dan akhirnya memeluk agama tersebut. Meskipun demikian, peran dan kontribusinya setelah itu tidak terlalu dikenal secara rinci dalam sejarah Islam.
Walid bin Mughirah:
Tokoh Quraisy yang memegang peran penting dalam awal sejarah Islam. Sebelum memeluk Islam, ia merupakan salah satu lawan utama Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Putranya, Khalid bin Walid, yang kemudian menjadi panglima perang terkenal, membawa kabar Islam kepadanya.
Setelah mendengar ajaran Islam, Walid bin Mughirah mengakui kebenaran agama tersebut dan memeluk Islam. Perannya setelah masuk Islam mungkin tidak sejelas putranya, Khalid bin Walid. Walid bin Mughirah mencerminkan konversi beberapa tokoh Quraisy terkemuka yang awalnya menentang Islam, tetapi kemudian menerima ajarannya.
Pelajaran dan Hikmah:
Dari sisi aqidah, ayat tersebut mengajarkan pentingnya menjauhi perilaku pengumpatan dan pencelaan, yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mendorong sikap saling menghormati dan berlaku adil terhadap sesama.
Dari segi akhlaq, ayat ini menekankan perlunya menjaga lisan dan perilaku agar tidak menyakiti perasaan orang lain dengan kata-kata yang merendahkan atau mencela. Hal ini mengajarkan pentingnya berbicara dengan penuh kebijaksanaan dan empati.
Dalam konteks fiqih, ayat tersebut dapat diartikan sebagai larangan terhadap tindakan fitnah, pengumpatan, dan pencelaan. Fiqih mengajarkan norma-norma hukum yang mengatur hubungan antarindividu dan mendorong terciptanya masyarakat yang adil dan harmonis.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
ۨالَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗۙ
yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
(Al-Humazah [104]:2)
الذي: اسم موصول للمفراد المذكر، مبتدأ، مرفوع ومبني.
الَّذِيْ : yang , siapa
جمع: فعل ماض، الفاعل هو مستتر.
جمَعَ يَجْمَع، اِجْمَعْ، المصدر جَمْعٌ، فهو جَامِع، والمفعول مجموع (للمتعدِّي)
جَمَعَ - يَجْمَعُ ، جَمَّعَ - يُجَمِّعُ : mengumpulkan , menghimpun , mengkombinasi , menggolongkan , menggabungkan , mempersatukan , memasang , membawa bersama - sama , menyatukan
مالا: اسم مفرد، مفعول به، منصوب بالفتحة.
مال [مفرد]: ج أموال.
مَال : harta benda , uang , hak milik , kekayaan , keuntungan , kepemilikan
و: حرف عطف.
عدد: فعل ماض، الفاعل هو مستتر، مبني.
عدَّدَ/ عدَّدَ على يعدِّد، عَدِّدْ، المصدر تَعْدِيدٌ، فهو مُعدِّد، والمفعول مُعدَّد.
عَدَّدَ - يُعَدِّدُ : membilang , menyebut satu persatu , menghitung , mendaftar , menjumlah
ه: اسم ضمير متصل للمفرد المذكر، اسناده هو، مفعول به، منصوب ومبني.
Tafsir Jalalayn:
(Yang mengumpulkan) dapat dibaca Jama'a dan Jamma'a (harta dan menghitung-hitungnya) dan menjadikannya sebagai bekal untuk menghadapi bencana dan malapetaka.
Pelajaran dari sisi Aqidah, Akhlaq, dan Fiqih:
Aqidah (Keyakinan): Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allahlah pemilik sejati segala harta dan kekayaan, dan manusia hanya sebagai pengelola sementara. Keyakinan akan kepemilikan Allah memperkuat kesadaran bahwa harta benda adalah amanah yang harus dielola dengan penuh tanggung jawab.
Akhlaq (Moral): Pelajaran moralnya adalah pentingnya sikap rendah hati dan tidak sombong terhadap harta. Sombong dan terobsesi dengan kekayaan dapat mengarah pada sikap meremehkan orang lain dan tidak mengindahkan hak mereka.
Fiqih (Hukum Islam): Dalam konteks hukum Islam, ayat ini mengingatkan kita untuk mengumpulkan harta secara halal dan mengelolanya dengan adil serta sesuai dengan aturan syariah yang berlaku.
Kesimpulan:
"Kekayaan bukanlah tujuan akhir, melainkan ujian dan amanah dari Allah. Hendaklah kita mengelolanya dengan rendah hati, adil, dan sesuai dengan ajaran-Nya, karena pada akhirnya, di hadapan-Nya kita akan dimintai pertanggungjawaban atas segala yang telah kita kumpulkan dan hitung-hitungkan."
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗٓ اَخْلَدَهٗۚ
Dia (manusia) mengira bahwa hartanya dapat mengekalkannya. (Al-Humazah [104]:3)
يحسب: فعل مضارع، الفاعل هو مستتر، مرفوع بالضمة.
حسِبَ يَحسَب ويَحسِب، اِحْسِبْ، المصدر حِسْبَانٌ، فهو حاسب، والمفعول مَحْسوب.
حَسبَ - يَحْسبُ : 1. menghitung , mengkalkulasi , memperhitungkan ; 2. mempertimbangkan , menganggap , memikirkan , mengumpamakan , menghormati sebagai
أن: حرف نصب، توكيد.
أنَّ ، إنَّ : bahwa , sungguh , sesungguhnya
مال: اسم مفرد، اسم إن، منصوب بالفتحة.
مال [مفرد]: ج أموال.
مَال : harta benda , uang , hak milik , kekayaan , keuntungan , kepemilikan
ه: اسم ضمير متصل، مضاف إليه، مجرور ومبني.
أخلد: فعل ماض، الفاعل هو مستتر، مبني.
أخلدَ/ أخلدَ إلى/ أخلدَ بـ/ أخلدَ في يُخلد، المصدر إخلادٌ، فهو مُخْلِد، والمفعول مُخْلَد (للمتعدِّي)
خلّد و أخلد : أدام : mengekalkan , mengabadikan
ه: اسم ضمير متصل، مفعول به، منصوب ومبني.
Tafsir Jalalayn:
(Dia menduga) karena kebodohannya (bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya) dapat menjadikannya hidup kekal dan tidak mati.
Pelajaran dari sisi Aqidah, Akhlaq, dan Fiqih:
Aqidah (Keyakinan): Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya keyakinan bahwa kehidupan abadi hanya dimiliki oleh Allah. Kekayaan dan harta dunia tidak akan pernah cukup untuk memastikan keabadian hidup, karena kehidupan sesungguhnya hanya dimiliki oleh-Nya.
Akhlaq (Moral): Pelajaran moralnya adalah pentingnya sikap rendah hati dan tidak sombong terhadap harta. Merasa bahwa kekayaan dapat menjadikan seseorang abadi adalah tanda kebodohan dan kesombongan yang berlebihan.
Fiqih (Hukum Islam): Dalam konteks hukum Islam, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam angan-angan bahwa kekayaan dapat memastikan kehidupan abadi. Sebaliknya, kekayaan harus diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan serta sesuai dengan ketentuan agama.
Kesimpulan:
"Harta dan kekayaan dunia bukanlah jaminan kehidupan yang abadi. Hanya dengan merendahkan diri di hadapan-Nya dan menggunakan harta dengan kebijaksanaan serta kebaikan, kita dapat mencari keabadian yang sejati. Kekayaan yang hakiki adalah ketika hati kita kaya akan iman, ketulusan, dan cinta kepada sesama."
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِۖ
Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah. (Al-Humazah [104]:4)
Don't ever! Surely he will be thrown into (hell) Hutamah. (Al-Humazah [104]:4)
Tafsir Jalalayn:
(Sekali-kali tidak!) kalimat ini mengandung makna sanggahan. (Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan) menjadi Jawab Qasam dari lafal yang tidak disebutkan; artinya sesungguhnya dia benar-benar akan dicampakkan (ke dalam Huthamah) dan segala sesuatu yang dimasukkan ke dalamnya pasti hancur berkeping-keping.
Irab dan Mufradat:
كلا: حرف ردع
رَدَعَ - يَرْدعُ : menghalangi , mencegah , menjauhi , mengendalikan , merintangi
كَلاَّ : tidak ! , tidak pernah ! , sama sekali tidak !
ل: لام التوكيد
تَوْكِيْد : pengukuhan , penguatan , penegasan , konfirmasi
ينبذ: فعل مضارع، مبني للمجهول
نبَذَ ينبُذ ويَنبِذ، اِنْبِذْ، المصدر نَبْذٌ، فهو نابذ، والمفعول مَنْبوذ ونبيذ.
نَبَذَ - ينبذ : membuang , membuang - buang , meninggalkan , melepaskan , menghentikan , mengasingkan
نّ: نون التوكيد.
تَوْكِيْد : pengukuhan , penguatan , penegasan , konfirmasi
في: حرف جر.
في : dalam , di , selama.
الحطمة: اسم مفرد، مجرور بالكسرة.
اسم من أسماء جهنّم.
حَطَمَ - يَحْطُمُ ، حَطَّمَ - يُحَطِّمُ : mematahkan , meruntuhkan , merobohkan , menghancurkan , memecahkan , menumbangkan , merusak
Pelajaran dari sisi Aqidah, Akhlaq, dan Fiqih:
Aqidah (Keyakinan): Ayat ini menegaskan kepastian azab bagi orang yang berperilaku buruk dan melanggar perintah Allah. Hal ini mengingatkan kita bahwa Allah adalah Mahaadil dan akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan kita di dunia.
Akhlaq (Moral): Pelajaran moralnya adalah pentingnya menjauhi perilaku buruk dan merugikan sesama. Kita harus berusaha menjaga akhlak yang baik dan menjauhi sikap sombong, merendahkan orang lain, serta melakukan perbuatan yang melanggar aturan agama.
Fiqih (Hukum Islam): Dalam konteks hukum Islam, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya taat kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Ketaatan kepada ajaran agama merupakan kunci untuk menghindari azab yang ditunjukkan dalam ayat ini.
Kesimpulan:
Seperti seorang kapten yang mengarungi lautan, kita harus memandu kapal hidup kita menuju tujuan yang benar. Jika kita mengabaikan peta yang telah ditetapkan dan mengabaikan aturan laut, kita akan berisiko terdampar di terumbu karang atau tenggelam dalam badai. Begitu juga dengan kehidupan ini, jika kita mengabaikan ajaran Allah dan berlaku sewenang-wenang, kita akan tersesat di lautan dosa dan akhirnya menuju ke dalam Hutamah, salah satu neraka yang paling menyeramkan. Mari kita menjadi kapten yang bijaksana dan taat pada petunjuk Allah, agar kita bisa mencapai pelabuhan yang aman dan damai.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْحُطَمَةُ ۗ
Tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah? (Al-Humazah [104]:5)
Do you know what (hell) Hutamah is? (Al-Humazah [104]:5)
Tafsir Jalalayn:
(Dan tahukah kamu) atau apakah kamu mengetahui (apa Huthamah itu?)
و: حرف عطف.
ما: اسم استفهام.
مَا , مَاذَا : apa
أدرى: فعل ماض، الفاعل هو مستتر، مبني.
أدرى يُدري، أدْرِ، المصدر إِدْرَاءٌ، فهو مُدْرٍ، والمفعول مُدْرًى
أدرى فلانًا بكذا : أعلمه به : memberitahukan
ك: اسم ضمير متصل، مفعول به، منصوب ومبني.
ما: اسم استفهام.
مَا , مَاذَا : apa
الحطمة: اسم مفرد، مبتدأ مأخر، مرفوع بالضمة.
اسم من أسماء جهنّم.
حَطَمَ - يَحْطُمُ ، حَطَّمَ - يُحَطِّمُ : mematahkan , meruntuhkan , merobohkan , menghancurkan , memecahkan , menumbangkan , merusak
Pelajaran dan Hikmah:
Secara ilmu balaghah, ayat ini menggunakan gaya retoris yang kuat untuk menarik perhatian pendengar atau pembaca. Pertanyaan yang diajukan, "Tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah?" memiliki efek dramatis yang dapat membuat pendengar atau pembaca merasa tertarik untuk mencari jawabannya.
Contohnya:
Seorang guru bertanya kepada murid-muridnya, "Tahukah kamu apa yang terjadi jika kita tidak belajar dengan sungguh-sungguh?" Pertanyaan ini tidak hanya menarik perhatian murid-murid, tetapi juga mendorong mereka untuk merenungkan konsekuensi dari ketidakseriusan dalam belajar.
Begitu pula dengan ayat ayat ini, Allah menggunakan pertanyaan retoris untuk menarik perhatian dan merangsang pemikiran manusia tentang pentingnya mengetahui tentang neraka yang disebut Hutamah. Ini juga menekankan pentingnya refleksi dan introspeksi terhadap perilaku dan akhlak seseorang dalam rangka menghindari neraka tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
نَارُ اللّٰهِ الْمُوْقَدَةُۙ
(Ia adalah) api (azab) Allah yang dinyalakan (Al-Humazah [104]:6)
(He is) the fire (doom) of Allah that is kindled (Al-Humazah [104]:6)
الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْاَفْـِٕدَةِۗ
yang (membakar) naik sampai ke hati. (Al-Humazah [104]:7)
which (burns) rises to the heart. (Al-Humazah [104]:7)
نار: اسم مفرد، بدل من الحطمة، او خبر مبتدأ محذوف تقدره هي.
نار [مفرد]: ج نِيران
نَار : api
الله: اسم مفرد، مضاف إليه، مجرور بالكسرة.
الموقدة: اسم مفرد، صفة من نار الله، مرفوع بالضمة.
اسم مفعول من أوقد.
أوقدَ يُوقد، أَوْقِدْ، المصدر إيقَادٌ، فهو مُوقِد، والمفعول مُوقَد
أَوْقَدَ - يُوْقِدُ : menyalakan , menghidupkan , memulai
التي: اسم موصول، صفة ثانية من نار الله، مرفوع مبني بالسكون.
الَّتِيْ : yang , siapa
التي : kata sambung untuk perempuan satu
تطلع: فعل مضارع، الفاعل هي مستتر، مرفوع بالضمة.
اطَّلعَ/ اطَّلعَ إلى/ اطَّلعَ على يَطَّلِع، اِطَّلِعْ، المصدر اِطِّلاعٌ، فهو مُطَّلِع، والمفعول مُطَّلَع.
أطلَع و اطّلع الفَجرَ وغيرَه : melihatnya di waktu terbit
أطْلَعَ - يُطْلِعُ : mengetahui , menyadari , mempelajari , melihat , memeriksa , menguji
على: حرف جر.
عَلَى : di atas , pada , di , dengan
الأفئدة: اسم مفرد، مضاف إليه، مجرور بالكسرة.
فؤاد [مفرد]: ج أفئِدة.
القَلْبُ ( ج قُلُوبٌ ) ، الفُؤَادُ ( ج أَفْئِدَةٌ ) ، أَعْمَاقُ القَلْبِ : sanubari , hati sanubari
Pelajaran dan Hikmah:
Dari segi ilmu balaghah, ayat ini menunjukkan penggunaan majas (gaya bahasa) dalam bentuk tamsil (pembandingan atau metafora). Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari ilmu balaghah dalam ayat ini adalah:
1. Majaz Mursal (Metafora Langsung): Penggunaan kata "api" untuk menggambarkan azab Allah menunjukkan kuatnya kekuatan azab tersebut dan keseriusan peringatan kepada orang-orang yang berbuat jahat.
2. Tamsil (Pembandingan): Penggunaan metafora "yang membakar naik sampai ke hati" menyampaikan secara visual betapa azab Allah mencapai hati dan menyebabkan penderitaan yang mendalam, bukan hanya fisik tetapi juga spiritual.
3. Ketegasan dan Kekuatan Bahasa: Penggunaan kata-kata yang kuat seperti "api" dan "yang membakar naik sampai ke hati" menambah kekuatan retorika dan kesan dramatis dalam menyampaikan pesan tentang azab Allah kepada para pengumpat dan pencela.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌۙ
Sesungguhnya dia (api itu) tertutup rapat (sebagai hukuman) atas mereka, (Al-Humazah [104]:8)
Indeed, he (the fire) is closed tightly (as punishment) over them, (Al-Humazah [104]: 8)
Tafsir Jalalayn:
(Sesungguhnya api itu atas mereka) di dalam ayat ini Dhamir dijamakkan karena memandang dari segi makna (ditutup rapat-rapat) dapat dibaca Mu`shadah dan Muushadah; artinya mereka dibakar dengan api itu dalam keadaan ditutup rapat.
فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ
(sedangkan mereka) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Al-Humazah [104]:9)
(while they) were tied to the long poles. (Al-Humazah [104]:9)
Tafsir Jalalayn:
(Pada tiang-tiang) dapat dibaca 'Amadin dan 'Umudin (yang panjang) lafal ini menjadi sifat dari lafal sebelumnya; dengan demikian maka api itu berada dalam tiang-tiang tersebut.
IRAB DAN MUFRADAT
إن: حرف نصب.
إنّ و أنّ : sesungguhnya
ها: اسم ضمير متصل، مفرد للمؤنث، اسناده هي.
على: حرف جر.
هم: اسم ضمير متصل، جمع للمذكر، اسناده هم.
مؤصدة: اسم مفرد، خبر إن، مرفوع بالضمة.
آصدَ يُؤصد، آصِدْ، المصدر، إيصادٌ، فهو مُؤصِد، والمفعول مُؤصَد
أصّد و آصد البابَ : mengunci , menutup
الموصَدة و المؤصَدة : مؤنث من الموصَد و المؤصَد : المغلَق : yang ditutup , dikunci
في: حرف جر.
عمد: اسم مفرد، مجرور بالكسرة. نار جچذ
عمود [مفرد]: ج أَعمِدَة وعَمَد وعُمُد
عَمُوْد : kolom , pilar , tiang , tonggak , dermaga
ممددة: اسم مفرد، صفة من عمد، مجرور بالكسرة.
اسم مفعول من مدد.
مدَّدَ يمدِّد، مَدِّدْ، المصدر تَمْدِيدٌ، فهو مُمدِّد، والمفعول مُمدَّد
مَدَّدَ - يُمَدِّدُ : memanjangkan , membentangkan , membeberkan
TAFSIR:
Ayat ini menggambarkan gambaran yang sangat kuat dan dramatis tentang hukuman yang diterima oleh para pengumpat dan pencela yang melakukan dosa di neraka. Dalam konteks balaghah (retorika atau gaya bahasa), beberapa poin yang dapat dijelaskan dari ayat ini:
1. Ayat ini memberikan gambaran visual yang sangat kuat tentang keadaan para pengumpat dan pencela di neraka, dengan menyatakan bahwa api tersebut "tertutup rapat" dan mereka "diikat pada tiang-tiang yang panjang". Ini sebuah gambaran yang sangat mengerikan dan menakutkan sebagai peringatan bagi umat manusia akan setiap balasan dari setiap perbuatan dosa.
2. Pengulangan frasa "tertutup rapat" dan "diikat pada tiang-tiang yang panjang" menambah kekuatan kesan yang ingin disampaikan. Pengulangan ini memperkuat gambaran tentang betapa mengerikannya hukuman para pengumpat dan pencela di neraka.
3. Penggunaan frasa pasif seperti "tertutup rapat" dan "diikat pada tiang-tiang yang panjang" memberikan kesan bahwa hukuman ini adalah sesuatu yang diterima atau terjadi pada mereka secara pasif, menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kendali atau kekuatan untuk melawan hukuman tersebut.
Dengan demikian, secara umum, ayat ini memperingatkan kita dengan menggunakan gaya bahasa yang sangat kuat dan dramatis untuk menggambarkan sebuah keadaan yang sangat mengerikan dari para pengumpat dan pencela yang akan menerima hukuman di neraka.
Semoga bermanfaat,
Pengasuh Mabda