Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Istilah Tartil, Tilawah, Qiraah, Tahsin, Murattal, Mujawwad, Maqam, Nagham, apa itu?



Tartil, Murrattil, Murrattal

رَتَّلَ - يُرَتِّلُ : membaca atau melagukan al - Quran dengan pelan dan jelas ; 2. melagukan , menyanyikan

رتل : رتَّلَ يُرتِّل، ترتيلاً، فهو مُرتِّل، والمفعول مُرتَّل
• رتَّل القارئُ القُرآنَ: جوَّد تلاوتَه وتأنَّق فيها ولم يعجل "{وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلاً}" المُصحف المُرتَّل: القُرآن المجوَّد بدون تغنٍّ أو تلحين- رتَّل على مسامعكم: تعبير إذاعي يَتْبَع قراءة القرآن.
• رتَّل الكلامَ: أحسن تأليفه وجوَّده.
• رتَّل اللهُ القرآنَ: أنزله مقسّمًا على حسب الأسباب في تؤدة وتمهّل "{كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً}".


Dari kamus diatas, maka dari kata رتل diperoleh turunan kata:
Tartil adalah isim masdar, artinya bacaan
Murattil adalah isim fail, artinya yang membaca
Murrattal adalah isim maf'ul, artinya yang dibaca


Kata tartil dalam Alquran:

Al-Qur'an surah Al-Furqān ayat 32

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا

Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah,531) agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).

TAFSIR TAHLILI
(32) Orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi bertanya mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan kepada Muhammad sekali turun, seperti kitab-kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab Taurat kepada Musa dan Zabur kepada Daud. Allah menolak pertanyaan mereka itu dan menerangkan mengapa Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur. Al-Qur'an diturunkan berangsur-angsur agar Allah memudahkan dan menguatkan hati Nabi Muhammad. Allah berfirman:
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Dan Al-Qur'an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap. (al-Isrā'/17: 106); Turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur memang mengandung banyak hikmah, di antaranya:
1.  Nabi Muhammad sering berjumpa dengan malaikat Jibril sehingga banyak menerima nasihat guna menambah semangat, kesabaran, dan ketabahan dalam menunaikan risalah-Nya.
2.  Karena Nabi Muhammad tidak dapat membaca dan menulis (ummi) maka seandainya Al-Qur'an itu diturunkan sekaligus, tentu ia akan kesulitan untuk menghafalnya. 
3.  Supaya hafalannya lebih mantap, sempurna, dan terhindar dari segala kealpaan.
4.  Seandainya Al-Qur'an itu diturunkan sekaligus, tentu syariat-syariatnya pun diturunkan sekaligus. Hal yang demikian itu pasti mengakibatkan banyak kesulitan. Akan tetapi, karena turunnya berangsur-angsur maka syariat pun diberlakukan secara berangsur-angsur sehingga mudah dilaksanakan, baik oleh Rasul maupun umatnya.
5.  Karena turunnya Al-Qur'an banyak berkaitan dengan sebab-sebab turunnya seperti adanya berbagai pertanyaan, peristiwa, atau kejadian, maka turunnya secara bertahap lebih berkesan dalam hati para sahabat karena mereka bisa menghayatinya peristiwa demi peristiwa.
6.  Kalau dengan turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur saja, mereka tidak mampu meniru Al-Qur'an walaupun satu ayat, apalagi jika diturunkan sekaligus.
7.  Sebagian hukum syariat Islam turun sesuai dengan perkembangan kaum Muslimin pada waktu itu. Kemudian setelah mereka bertambah cerdas dan mantap keimanannya, barulah diterapkan syariat Islam yang lebih sempurna dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang turun kemudian. Seandainya Al-Qur'an diturunkan sekaligus tentu hal demikian itu tidak mungkin terjadi.

Al-Qur'an surah Al-Muzzammil ayat 4

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

TAFSIR TAHLILI
(4) Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad supaya membaca Al-Qur'an secara seksama (tartil). Maksudnya ialah membaca    Al-Qur'an dengan pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati. Perintah ini dilaksanakan oleh Nabi saw. ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw membaca Al-Qur'an dengan tartil, sehingga surah yang dibacanya menjadi lebih lama dari ia membaca biasa.
Dalam hubungan ayat ini, al-Bukhārī dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullāh bin Mugaffal, bahwa ia berkata:
رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ عَلَى نَاقَتِهِ يَقْرَأُ سُوْرَةَ الْفَتْحِ فَرَجَّعَ فِيْ قِرَاءََتِهِ. (رواه البخاري ومسلم عن عبدالله بن مغفّل)
Aku melihat Rasulullah saw pada hari penaklukan kota Mekah, sedang menunggang unta beliau membaca Surah al-Fatḥ di mana dalam bacaan itu beliau melakukan tarjī‘ (bacaan lambat dengan mengulang-ulang). (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Abdillah bin Mugaffal);Pengarang buku Fatḥul Bayān berkata, “Yang dimaksud dengan tartil ialah kehadiran hati ketika membaca, bukan asal mengeluarkan bunyi dari tenggorokan dengan memoncong-moncongkan muka dan mulut dengan alunan lagu, sebagaimana kebiasaan yang dilakukan pembaca-pembaca     Al-Qur'an zaman sekarang. Membaca yang seperti itu adalah suatu bacaan yang dilakukan orang-orang yang tidak mengerti agama.”
Membaca Al-Qur'an secara tartil mengandung hikmah, yaitu terbukanya kesempatan untuk memperhatikan isi ayat-ayat yang dibaca dan di waktu menyebut nama Allah, si pembaca akan merasakan kemahaagungan-Nya. Ketika tiba pada ayat yang mengandung janji, pembaca akan timbul harapan-harapan, demikian juga ketika membaca ayat ancaman, pembaca akan merasa cemas.
Sebaliknya membaca Al-Qur'an secara tergesa-gesa atau dengan lagu yang baik, tetapi tidak memahami artinya adalah suatu indikasi bahwa si pembaca tidak memperhatikan isi yang terkandung dalam ayat yang dibacanya.

Qiraah/Qiraat, Qari, Maqru,


قَرَأَ - يَقْرَأُ : membaca , menceritakan

قرأ : قرَأَ يَقرَأ، قِراءةً وقُرْآنًا، فهو قارئ، والمفعول مَقْروء
• قرَأ الكتابَ ونحوَه:
1- تتبَّع كلماته نظرًا، نطق بها أوْ لا "يهوى قراءةَ الشِّعر/ الرِّوايات- اعتاد أن يقرأ الصحفَ اليوميّة" قرأ العقَّادَ وطه حسين/ قرأ للعقّاد وطه حسين: قرأ كتبَ العقاد وطه حسين- قرأ علامات الغضب على وجهه: لاحظها فِراسةً أو عادة.
2- جمعه وضمَّه "{فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ}".
• قرَأ الآيةَ من القرآن: تلاها؛ نطق بها عن نظر أو عن حِفْظ "إنّه قارئ للقرآن في الإذاعة- {فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْءَانَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ}" قرأ القرآنَ عن ظَهْر قلب: حفظًا دون كتاب.
• قرَأ الغيْبَ: تكهَّنَ به "يزعم أنّه يجيد قراءة الكفّ" قرَأ للمستقبل حسابَه: احتاط له- قرَأ ما بين السُّطور: فهم الأمرَ المضمر، استشفّ المعنى الضِّمنيّ.
• قرَأ عليه السلامَ: أبْلَغَهُ إيَّاه.
• قرَأ على فلانٍ النحوَ: دَرَسه على يديه.

Dari kamus diatas, maka dari kata قرأ diperoleh turunan kata:
Qiraah: bacaan
Qiraat: bacaan-bacaan (jamak)
Qari': Pembaca
Maqru': Yang dibaca


Iqra', Muqri, Muqra'

أقرأ : جعَله يَقرَأ : membaca , mengajar , menyuruh membaca

أقرأ : أقرأَ يُقرئ، إقراءً، فهو مُقْرِئ، والمفعول مُقْرَأ (للمتعدِّي)
• أقرأتِ المرأةُ:
1- حاضَت.
2- طهُرت.
• أقرأ الشَّخْصَ: جعله يَقْرَأُ "أقرأ التِّلميذَ الدرسَ".
• أقرأه القُرْآنَ: عَلَّمه قواعِدَ قراءتِهِ "{سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسَى}".
• أقرأه السَّلامَ: أبْلَغَه إيّاه "أقرِئ محمّدًا السَّلامَ".


Tajwid, Mujawwid, Mujawwad

جود : جوَّدَ يجوِّد، تجويدًا، فهو مُجوِّد، والمفعول مُجوَّد (للمتعدِّي)
• جوَّدَ القارئُ: أتى بالتّلاوة على وجهها الحقّ وراعى أحكامَ التّجويد في القرآن "قرأ القرآن مُجوَّدًا" جوَّد القرآن: رتَّله ترتيلاً.
• جوَّدَ العملَ: أتقنه وأحسن صُنْعَه "جوّد صَنْعَته/ الخَطَّ- جوَّد مواشيه: حسَّن نوعيتها عن طريق سلالة مختارة".

جوّد القارِئُ : membaca dengan memperhatikan tajwidnya

تجويدٌ في القراءةِ : pembacaan dengan memperhatikan tajwidnya

التجويد : التحسين : hal membikin baik , bagus/lebih baik


Tahsin, Muhassin, Muhassan

حَسَّنَ - يُحَسِّنُ : meningkatkan , membuat lebih baik , menjadikan lebih baik , mempercantik , menghiasi

حسن : حسَّنَ يحسِّن، تحسينًا، فهو مُحسِّن، والمفعول مُحسَّن
• حسَّن اللهُ خَلْقَه:
1- جمَّله وزيَّنه "هذه القبَّعة تُحسِّنُها- حسَّن أسلوبَه- حسَّن الكتابةَ: زيَّنها ونمَّقها".
2- رقّاه وأحسن حالتَه "تسعى الحكومةُ إلى تحسين مستوى المعيشة- حسَّن من وضعه".


Maqam/Maqamat


مَقَام : 1. kedudukan , posisi , gengsi , martabat , peringkat ; 2. tempat berdiri , tempat duduk , lokasi , tempat tinggal ; 3. tempat suci , tempat keramat ; 4. konteks , hubungan , alasan

المَقامَة : المَجلِس : majlis

مَقَامٌ : جمع: ـات. [ق و م]. 1. "مَقَامُ الوَلِيِّ الصَّالِحِ" : مَكَانُهُ الْمُقَدَّسُ. 2. "لَهُ مَقَامٌ مُهِمٌّ فِي إِدَارَتِهِ" : مَنْزِلَةٌ. 3. "قَامَ مَقَامَهُ" : أَخَذَ مَكَانَهُ. "أَنِيرِي مَكَانَ البَدْرِ إِنْ أَفَلَ البَدْرُ ... ... وقُومِي مَقَامَ الشَّمْسِ مَا اسْتَأْجَرَ الفَجْرُ". 4. "مَقَامُ النَّغَمِ". هُوَ مَجْمُوعَةٌ سُلَّمِيَّةٌ مِنَ النَّغَمَاتِ الْمُتَتَابِعَةِ تُقَدَّرُ بِسَبْعِ نَغَمَاتٍ، وكُلُّ مَقَامٍ مُوسِيقِيٍّ لَهُ أَبْعَادٌ تَخْتَلِفُ عَنْ بَقِيَّةِ الْمَقَامَاتِ الأُخْرَى. 5."مَقَامُ كَسْرٍ" : مَخْرَجُهُ.

مقام : مَقام [مفرد]: ج مقامات:
1- مصدر ميميّ من قامَ/ قامَ إلى/ قامَ بـ/ قامَ على/ قامَ لـ.
2- اسم مكان من قامَ/ قامَ إلى/ قامَ بـ/ قامَ على/ قامَ لـ: مسكن، محلّ الإقامة "غادر مقامَه- {كَمْ تَرَكُوا مِنْ جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ}- {وَمَا مِنَّا إلاَّ لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ}".
3- مجلس "{أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ}".
4- ضريح، مكان مُقدَّس "مقام إبراهيم- عليه السلام- في المسجد الحرام بمكَّة- {فِيهِ ءَايَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ}: وهو الحجر الذي قام عليه إبراهيم حين رفع بناء البيت" أشرف على دار المقام: للدلالة على هرم الإنسان ومشارفته الفناء.
5- منزلة، مركز اجتماعيّ في نظر الجماعة يصل إليه الفردُ بفضل التقدير الاجتماعيّ الذي يحصل عليه، ويصاحبه بعض مظاهر الاعتراف والاحترام والإعجاب "إنّه في مقام والدي- سعى وراء المقامات- وابعثه اللّهم المقامَ المحمود الذي وعدته- {وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ}- {وَمَا مِنَّا إلاَّ لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ}" انحطّ مقامُه: سقط إلى مستوى أدنى ممّا كان عليه.
6- مناسبة "لِكُلِّ مقام مقال: الدعوة إلى الملاءمة بين القول والموقف" في هذا المقام: في هذه المناسبة.
7- (جب) عددُ أسفلُ في الكسر الاعتيادي "مقام الكسر".
8- (سق) سُلَّم الموسيقى، تَسَلْسُل النَّغم درجة فوق أُخرى.
9- (سق) علامة موسيقيَّة.
• المَقامات: (سف) حالات ثابتة ينالها السّالكُ بجهده الخاصّ أهمها التَّوبة والورع والزُّهد والفقر والصَّبر والتَّوكّل والرِّضا.


مقام : مُقام [مفرد]:
1- مصدر ميميّ من أقامَ/ أقامَ بـ/ أقامَ في/ أقامَ لـ: إقامة "ملَّ من طول مُقامه بالفندق".
2- اسم مكان من أقامَ/ أقامَ بـ/ أقامَ في/ أقامَ لـ: "مُقام فلان بالعاصمة- استمرّ مُقامه بالمَغْرب شهرًا- {يَاأَهْلَ يَثْرِبَ لاَ مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا}".
3- اسم مفعول من أقامَ/ أقامَ بـ/ أقامَ في/ أقامَ لـ.


Nagham


نَغَم ، نَغْمَة ، نَغَمَة : nada , melodi , suara , bunyi , not lagu

نَغَمَ وَنَغِمَ وَنَغَّمَ وَتَنَغَّمَ : bernyanyi tanpa kata kata

نَغَّمَ - يُنَغِّمُ : bersenandung , bernyanyi , melagukan

مَقامُ النَغَمِ : tingkatan nada

نغم : نغَمَ/ نغَمَ في يَنغَم ويَنغِم، نغْمًا، فهو ناغم، والمفعول منغوم فيه
• نغَم الشّخصُ: تكلَّم بكلامٍ خفيّ "كان الولدُ ينغَم وهو يتأهّب للنَّوم" سكت فما نغم بحرف: ما نطق.
• نغَم الشّخصُ في الغناء: طرَّب فيه.
• نغَم في الشَّراب: شرِب منه قليلاً.


نغم : نغَّمَ ينغِّم، تنغيمًا، فهو مُنغِّم، والمفعول مُنغَّم (للمتعدِّي)
• نغَّم المُلحِّنُ: نغَم، طرّب في الغِناء "نغَّم المغنِّي".
• نغَّم الكلامَ: أدّاه بنغمة معيَّنة.

Post a Comment for "Istilah Tartil, Tilawah, Qiraah, Tahsin, Murattal, Mujawwad, Maqam, Nagham, apa itu?"