Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apakah Jin Bisa Dilihat Manusia?



Definisi Gaib


KBBI:
ga·ib v 1 tidak kelihatan; tersembunyi; tidak nyata: para ilmuwan mencoba meneliti hal-hal yg -- di alam semesta ini; 2 hilang; lenyap: sekalian dewa-dewa itu pun -- lah; 3 tidak diketahui sebab-sebabnya (halnya dsb): banyak peristiwa -- yg belum diselidiki;
meng·ga·ib v menjadikan diri tidak kelihatan; menghilang;
ke·ga·ib·an n perihal gaib (rahasia, aneh, dsb)

TESAURUS:
Tesaurus 
gaib 1 a abnormal, ajaib, aneh, asing, eksentrik, eksotis, ganjil, garib, jarang, langka, luar biasa, pelik; 2 v amblas (cak), bablas, hanyut, hilang, hirap, lelap, lenyap, meng- gelap, menguap (ki), meresap, musnah, penyap, pupus


KAMUS ARAB

غَيْب ، الْغَيْب : yang tak kelihatan , gaib

غَيْبٌ : جمع: غُيُوبٌ. [غ ي ب]. (مصدر غَابَ). 1."هُوَ اللَّهُ عَالِمُ الْغَيْبِ" : عَالِمٌ بِمَا خَفِيَ وَبِكُلِّ الأَسْرَارِ وَبِمَا سَيَحْدُثُ.الأنعام آية 73 عالِمُ الغَيْبِ والشَّهادَة (قرآن) l "عَلاَّمُ الْغُيُوبِ". 2."هُوَ فِي عَالَمِ الْغَيْبِ" : مَجْهُولٌ لاَ يُرَى. 3."سَمِعْتُ صَوْتاً مِنْ وَرَاءِ الْغَيْبِ" : أَيْ مِنْ مَوْضِعٍ لاَ أَرَاهُ وَلاَ أَعْلَمُهُ. ¨ "رَجَمَ بِالْغَيْبِ".


غَابَ - يَغِيْبُ : tidak hadir , absen , tidak muncul , menghilang , lenyap , menutup diri , tersembunyi , tenggelam , terbenam


غَابَ : [غ ي ب]. (فعل: ثلاثي لازم، متعد بحرف). غِبْتُ، أَغِيبُ، غِبْ، مصدر غَيْبٌ، غَيْبَةٌ، غِيَابٌ، غَيْبُوبَةٌ. 1."غَابَ عَنْ أَهْلِهِ سِنِينَ" : سَافَرَ، رَحَلَ بَعِيداً، هَاجَرَ. 2."غَابَتِ الشَّمْسُ وَرَاءَ السَّحَابِ" : اِخْتَفَتْ، تَوَارَتْ. 3."غَابَ عَنْ بَالِي مَا كُنْتُ أُرِيدُ قَوْلَهُ" : نَسِيتُ. 4."يَغِيبُ عَنْ صَوَابِهِ مِنْ حِينٍ لآخَرَ" : يَفْقِدُ رُشْدَهُ. 5."غَابَ وَرَاءَ الأَشْجَارِ" : اِسْتَتَرَ. 6."غَابَتِ الشَّمْسُ" : غَرَبَتْ. 7."غَابَ عَنِ الاجْتِمَاعِ" : لَمْ يَحْضُرْهُ.

غَيْبِيّ : hal - hal gaib , metafisika , supernatural , transendental , tak kelihatan

غَيْبًا : di luar kepala


Alat Keyakinan Manusia?





Tingkatan Keyakinan



ما الفرق بين علم اليقين وعين اليقين وحق اليقين المذكورة في كتاب الله؟

قال تعالى : ( كلا لو تعلمون علم اليقين ) التكاثر
قال تعالى : ( ثم لترونها عين اليقين ) التكاثر.
قال تعالى : ( إن هذا لهو حق اليقين ) الواقعة.

علم اليقين .. وهو أدنى مراتب القطع بالشيء.
عين اليقين .. وهو ما يأتي بعد علم اليقين في القطع على الدلالة. 
حق اليقين .. وهو أعلم مراتب العلم بالشيء



Manusia tidak dapat melihat Jin?

Al-Qur'an surah Al-A‘rāf ayat 27

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.



TAFSIR TAHLILI
(27) Ayat ini menyerukan kepada anak cucu Adam agar mereka jangan sampai lalai dan lengah, melupakan dan menyia-nyiakan dirinya, tidak menyucikan dan agar membentengi dirinya dengan takwa. Hendaknya mereka selalu mengingat Allah, karena kalau tidak, hatinya akan berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Dengan demikian, mereka akan mempunyai kekuatan yang membaja untuk menghadapi bujukan dan rayuan setan dan selamatlah mereka dari tipu dayanya dan tidak akan mengalami nasib buruk seperti yang telah dialami ibu bapak manusia, yaitu Adam a.s. dengan istrinya, sehingga keduanya dikeluarkan dari surga, pakaiannya tanggal sehingga auratnya kelihatan. Setan dan pengikutnya turun temurun memusuhi terus menerus anak-cucu Adam. Dia senantiasa mengintip dan memperhatikan, di mana ada kelemahan mereka, di sanalah dia memasukkan jarumnya sebagai godaan dan tipuan. Dialah musuh yang sangat berbahaya, karena dia melihat mereka, sedang mereka tidak melihatnya. Dia lebih berbahaya dari musuh biasa yang dapat dilihat karena musuh-musuh lahiriah itu dapat diketahui di mana adanya dan ke mana arah tujuannya, malah lebih berbahaya lagi dari musuh dalam selimut. Dia mengalir dalam tubuh manusia seperti mengalirnya darah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: 
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنِ ابْنِ اٰدَمَ مَجْرَى الدَّمِ (رواه البخاري ومسلم عن أنس)
“Sesungguhnya setan itu mengalir pada tubuh anak-cucu Adam sebagaimana mengalirnya darah dalam tubuh”. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari Anas)
Setan itu tidak ubahnya dengan bahaya penyakit yang tidak kelihatan kecuali dengan mikroskop yang biasanya ditularkan oleh lalat atau nyamuk yang dimasukkan ke dalam makanan dan minuman atau ke dalam tubuh manusia melalui darah. Ia menembus masuk ke dalam tubuh tanpa diketahui yang akibatnya menyedihkan sekali, karena sukar akan dapat sembuh dalam waktu singkat dan ada kemungkinan tidak dapat sembuh sama sekali. Berbeda dengan penyakit yang dapat dilihat dengan mata kepala seperti kudis dan sebagainya, dengan cepat dapat diobati dan dalam waktu singkat dapat sembuh. Kekhawatiran yang berakibat buruk seperti tersebut di atas itu dapat terjadi hanya pada manusia yang kurang atau sama sekali tidak beriman, karena mereka itulah yang akan menjadi mangsanya dan kepada merekalah, Allah telah menjadikan setan sebagai pemiliknya.




Dari ayat di atas, bahkan Imam Syafi’i dalam Tobaqot Asy-Syafi’iyyah Al-Kubra halaman 30 mengambil kesimpulan demikian:

من زعم من أهل العدالة أنه يرى الجن أبطلنا شهادته… الا أن يكون نبيا

Artinya: "Orang-orang adil yang menyangka dirinya mampu melihat wujud asli jin, maka persaksiannya kami batalkan, kecuali kalau dia Nabi."


وقد روى البيهقي في مناقب الشافعي -رحمه الله- عن الربيع بن سليمان أنه سمع الشافعي يقول «من زعم أنه يرى الجن رددنا شهادته، إلا أن يكون نبياً»، وراجع تفسير المنار لقول الله تعالى: (إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ)..

Dalam tafsir Ruhul Bayan

https://al-maktaba.org/book/23612/3095





(مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ وَتَلَا هَذِهِ الْآيَةَ فَمَنِ ادَّعَى عِلْمَ شَىْءٍ مِنْ هَذِهِ الْمُغَيَّبَاتِ الْخَمْسِ فَهُوَ كَافِرٌ بِاَللَّهِ تَعَالَى)

(Kunci ghaib ada lima, dan yang membacakan ayat ini, maka siapa pun yang mengaku mengetahui sesuatu dari lima ghaib ini adalah kafir kepada Tuhan Yang Maha Esa)

وَكَانَ اهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَسْأَلُونَ الْمُنَجِّمِينَ عَنْهَا زَاعِمِينَ انَّهُمْ يَعْلَمُونَهَا وَتَصْدِيقُ الْكَاهِنِ بِمَا يُخْبِرُهُ عَنِ الْغَيْبِ كُفْرٌ لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ

Orang-orang Jahiliyyah biasa bertanya kepada ahli nujum tentang hal itu, Mereka mengaku bahwa mereka mengetahuinya, dan membenarkan apa yang dikatakan dukun terhadap apa yang dia katakan kepadanya tentang yang gaib adalah pengingkaran terhadap sabda Nabi Muhammad saw.

مَنْ اتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ فِيمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا انْزَلَ اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ

Barangsiapa pergi ke seorang dukun dan percaya apa yang dia katakan, dia telah mengingkari apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad


وَالْكَاهِنُ هُوَ الَّذِي يُخْبِرُ عَنْ الْكَوَائِنِ فَى مُسْتَقْبَلِ الزَّمَانِ وَيُدّعَى مَعْرِفَةَ الِاسْرَارِ وَكَانَ فِى الْعَرَبِ كَهَنَةٌ يَدْعُونَ مَعْرِفَةَ الْأُمُورِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَزْعُمُ انَّهُ لَهُ رُئْيًّا مِنَ الْجِنِّ

Dukun adalah orang yang menceritakan tentang sesuatu di masa depan dan mengaku mengetahui sesuatu yang tersembunyi. Dan dulu di Arab ada dukun-dukun yang mengaku mengetahui perkara-perkara tersebut. Sebagaian dari mereka mengaku memiliki penglihatan tentang jin.

يَلْقَى الْيهِ الِاخْبَارَ قَالَ ابُو الْحَسَنِ الْآمِدِىُّ فِى مَنَاقِبِ الشَّافِعِيِّ الَّتِي الْفُهَا سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ يَقُولُ مَنْ زَعَمَ مِنَ اهْلِ الْعَدَالَةِ انْهُ يَرَى الْجِنَّ أَبْطَلْنَا شَهَادَتَهُ لِقَوْلِهِ تَعَالَى

Dia menyampaikan berita kepadanya. Abu al-Hasan al-Amadi berkata dalam Manaqib as-Syafi'i yang dia susun, saya mendengar al-Syafi'i berkata: Barang siapa di antara ahli hukum (dalil) yang mengaku melihat jin, maka kami tolak kesaksiannya dengan firman Allah Yang Maha Tinggi.







Al-Qur'an surah Al-Jinn ayat 26

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ
Dia mengetahui yang gaib. Lalu, Dia tidak memperlihatkan yang gaib itu kepada siapa pun,

Al-Qur'an surah Al-Jinn ayat 27

اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًاۙ

kecuali kepada rasul yang diridai-Nya. Sesungguhnya Dia menempatkan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.


TAFSIR TAHLILI
(26) Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa Dia mengetahui semua yang gaib, tidak terlihat, dan tidak diketahui oleh hamba-Nya. Semua yang gaib yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah, dapat diketahui oleh para rasul yang diridai oleh-Nya dan Dia akan memperlihatkan kepada mereka sekadar apa yang dikehendaki-Nya. Allah berfirman:

وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَ

Dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 255);Ayat ini menunjukkan bahwa pekerjaan tukang tenung, ahli nujum, dan tukang sihir semuanya itu salah karena mereka tidak termasuk orang-orang yang diridai Allah, bahkan mereka termasuk yang dibenci-Nya. Ayat ini juga menerangkan bahwa orang-orang yang mengaku bahwa bintang itu dapat menunjukkan siapa yang akan hidup dan siapa pula yang akan mati, adalah orang-orang yang telah kafir dan mengingkari Al-Qur'an.
Fakhruddīn ar-Rāzi berkata, “Yang dimaksud dengan tidak dapat menyaksikan yang gaib adalah gaib yang khusus yaitu tentang waktu tibanya hari Kiamat.”


TAFSIR TAHLILI
(27) Selanjutnya Allah mengungkapkan bahwa para rasul yang memperoleh keridaan-Nya sehingga dapat menyaksikan alam gaib, dijaga oleh malaikat Hafaẓah dengan penjagaan yang sangat ketat. Dengan penjagaan itu, godaan setan, jin, dan para pengacau lainnya tidak sampai kepada mereka, sehingga para rasul itu dapat menyampaikan wahyu-wahyu Allah menurut aslinya. Mereka juga dijaga dari rongrongan setan-setan manusia sehingga mereka selamat dari bahaya dan kemudaratan manusia.
Aḍ-aḥḥāk berkata, “Allah tidak mengutus seorang rasul kecuali baginya telah disiapkan pengawal-pengawal dari malaikat untuk menjaganya dari setan-setan yang datang dalam bentuk rupa malaikat. Bila setan-setan itu datang, maka pengawalnya mengingatkannya agar hati-hati karena yang datang itu setan, dan bila yang menemui rasul itu malaikat, maka pengawal berkata, “Ini adalah utusan Tuhanmu.”
Pengawal-pengawal itu adalah malaikat yang bertugas menjaga kekuatan lahir dan batin para rasul dan untuk memelihara mereka dari bisikan-bisikan setan.


Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 255

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ  لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

TAFSIR TAHLILI
(255) Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, dan hanya Dia yang berhak untuk disembah. Adapun tuhan-tuhan yang lain yang disembah oleh sebagian manusia dengan alasan yang tidak benar, memang banyak jumlahnya. Akan tetapi Tuhan yang sebenarnya hanyalah Allah. Hanya Dialah Yang hidup abadi, yang ada dengan sendiri-Nya, dan Dia pulalah yang selalu mengatur makhluk-Nya tanpa ada kelalaian sedikit pun.
Kemudian ditegaskan lagi bahwa Allah tidak pernah mengantuk. Orang yang berada dalam keadaan mengantuk tentu hilang kesadarannya, sehingga dia tidak akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, padahal Allah swt senantiasa mengurus dan memelihara makhluk-Nya dengan baik, tidak pernah kehilangan kesadaran atau pun lalai.
Karena Allah tidak pernah mengantuk, sudah tentu Dia tidak pernah tidur, karena mengantuk adalah permulaan dari proses tidur. Orang yang tidur lebih banyak kehilangan kesadaran daripada orang yang mengantuk.
Sifat Allah yang lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah bahwa Dialah yang mempunyai kekuasaan dan yang memiliki apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang tak terbatas, sehingga Dia dapat berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Semuanya ada dalam kekuasaan-Nya, sehingga tidak ada satu pun dari makhluk-Nya termasuk para nabi dan para malaikat yang dapat memberikan pertolongan kecuali dengan izin-Nya, apalagi patung-patung yang oleh orang-orang kafir dianggap sebagai penolong mereka.
Yang dimaksud dengan “pertolongan” atau “syafaat” dalam ayat ini ialah pertolongan yang diberikan oleh para malaikat, nabi dan orang-orang saleh kepada umat manusia pada hari kiamat untuk mendapatkan keringanan atau kebebasan dari hukuman Allah. Syafaat itu akan terjadi atas izin Allah. Dalam hadis disebutkan :
قَالَ النَِّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ...فَيَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: شَفَعَتْ اَلْمَلاَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّوْنَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُوْنَ (رواه أحمد ومسلم عن ابي سعيد الخدري)
Nabi Saw bersabda, “…Kemudian Allah berfirman, “Para Malaikat memberikan syafaat, para Nabi memberikan syafaat, dan orang-orang mukmin juga memberikan syafaat. (Riwayat Aḥmad dan Muslim dari Abu Sa‘id al-Khudrī);Sifat Allah yang lain yang disebutkan dalam ayat ini ialah: bahwa Allah senantiasa mengetahui apa saja yang terjadi di hadapan dan di belakang makhluk-Nya, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu Allah, melainkan sekadar apa yang dikehendaki-Nya untuk mereka ketahui. Kursi Allah mencakup langit dan bumi. Allah tidak merasa berat sedikit pun dalam memelihara makhluk-Nya yang berada di langit dan di bumi, dan di semua alam ciptaan-Nya. Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.
Mereka tidak mengetahui ilmu Allah, kecuali apa yang telah dikehendaki-Nya untuk mereka ketahui. Dengan demikian, yang dapat diketahui oleh manusia hanyalah sekadar apa yang dapat dijangkau oleh pengetahuan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, dan jumlahnya amat sedikit dibanding dengan ilmu-Nya yang luas. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا   
“… Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.” (al-Isrā′/17:85) 


Al-Qur'an surah Al-An‘ām ayat 59

۞ وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).

TAFSIR TAHLILI
(59) Ayat ini menerangkan bahwa kunci-kunci pembuka pintu untuk mengetahui yang gaib itu hanya ada pada Allah, tidak ada seorang pun yang memilikinya.
Yang dimaksud dengan yang gaib ialah sesuatu yang tidak diketahui hakikat yang sebenarnya, seperti akhirat, surga dan neraka. Sekalipun manusia telah diberi Allah pengetahuan yang banyak, tetapi pengetahuan itu hanyalah sedikit bila dibanding dengan pengetahuan Allah. Amatlah banyak yang belum diketahui oleh manusia.
Sesungguhnya Allah menciptakan alam ini dengan segala macam isinya, dilengkapi dengan aturan dan hukum yang mengaturnya sejak dari adanya sampai akhir masa adanya. Ketentuan itu tidak akan berubah sedikit pun. Kemudian Allah mengajarkan kepada manusia beberapa aturan dan ketentuan untuk meyakinkan mereka bahwa Allah-lah yang menciptakan segalanya agar mereka menghambakan diri kepada-Nya. Karena itu seandainya ada manusia yang menyatakan bahwa mereka mengetahui yang gaib itu, maka pengetahuan mereka hanyalah merupakan dugaan dan sangkaan belaka, tidak sampai kepada hakikat yang sebenarnya. Mereka pun tidak mengetahui dengan pasti akibat dan hikmat suatu kejadian. Percaya kepada yang gaib termasuk salah satu dari rukun iman.
Di antara perkara-perkara gaib yang tidak diketahui oleh manusia disebutkan dalam firman Allah:
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ  
Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (Luqmān/31: 34);Pengetahuan tentang yang gaib hanya diketahui seseorang jika Allah mengajarkan kepadanya, sebagaimana firman-Nya:
عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ  ٢٦  اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًاۙ  ٢٧  
Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya. (al-Jinn/72: 26-27)
Di antara hal yang gaib yang pernah diajarkan atau diberitahukan Allah kepada nabi-nabi-Nya ialah:
Nabi Isa diajari Allah untuk mengetahui apa yang dimakan dan disimpan seseorang di rumahnya, firman-Nya:
وَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُوْنَ وَمَا تَدَّخِرُوْنَ ۙفِيْ بُيُوْتِكُمْ
… dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu… (Āli ‘Imrān/3: 49);Demikian pula kepada Nabi Yusuf, firman Allah swt:;قَالَ لَا يَأْتِيْكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقٰنِهٖٓ اِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيْلِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّأْتِيَكُمَا 
Dia (Yusuf) berkata, ”Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. (Yūsuf/12: 37);Kemudian Allah menerangkan keluasan ilmu-Nya, yaitu di samping Dia mengetahui yang gaib, Dia juga lebih mengetahui akan hakikat dan keadaan yang dapat dicapai panca indera manusia, Dia mengetahui segala yang ada di daratan dan di lautan sejak dari yang kecil dan halus sampai kepada yang sebesar-besarnya, sejak dari tempat dan waktu gugurnya sehelai daun, keadaan benda yang paling halus yang berada pada malam yang paling gelap, apakah keadaannya basah atau kering, semuanya ada di dalam ilmu Allah tertulis di Lauḥ Maḥfuẓ.
Rasulullah saw bersabda:
كَانَ اللهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ غَيْرُهُ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَكَتَبَ فِى الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ وَخَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَاْلأَرْضَ (رواه البخاري عن عمران بن حسين)
Allah telah ada dan yang lain belum ada, dan adalah arsy-Nya di atas air, dan Dia menuliskan pada Lauḥ Maḥfuẓ segala sesuatu dan Dia menciptakan langit dan bumi. (Riwayat al-Bukhārī dari ‘Imrān bin Ḥusain);Dari hadis di atas dipahami bahwa segala sesuatu yang ada tidak luput dari pengetahuan Allah.



Apakah Sahabat Nabi Bisa Melihat Jin?



Hadits Imam Bukhari Kitab ke-46, Bab Keutamaan surat al Baqarah, hadits no 4624 : 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ و حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
وَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ <font color='#CC0000'>ذَاكَ شَيْطَانٌ</font>

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] Telah mengabarkan kepada kami [Syu'bah] dari [Sulaiman] dari [Ibrahim] dari [Abdurrahman] dari [Abu Mas'ud] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa yang membaca dua ayat.." Dan Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu'aim] Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Manshur] dari [Ibrahim] dari [Abdurrahman bin Yazid] dari [Abu Mas'ud] radliallahu 'anhu ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada suatu malam, niscaya kedua ayat itu akan mencukupinya." Utsmana bin Al Haitsam berkata; Telah menceritakan kepada kami 'Auf dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menugaskanku untuk menjaga harta zakat. Lalu pada suatu hari ada seseorang yang menyusup hendak mengambil makanan, maka aku pun menyergapnya seraya berkata, "Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.." lalu ia bercerita dan berkata, "Jika kamu hendak beranjak ke tempat tidur maka bacalah ayat kursi, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan mendekatimu hingga pagi." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Ia telah berkata benar padamu, padahal ia adalah pendusta. Si penyusup tadi sebenarnya adalah syetan."