Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Tasawuf - Iman sebagai sumber ketenangan



Al-Qur'an surah Al-Fatḥ ayat 4

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗوَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Milik Allahlah bala tentara langit dan bumi dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.


IRAB DAN MUFRADAT

-  هُوَ Dia
اِسْمُ ضَمِيرٍ مُنْفَصِلٍ غَائِبٍ وَمُبْتَدَأٌ
-  الَّذِي yang
اسْمٌ مَوْصُولٌ وَخَبَرٌ
-  أَنْزَلَ menurunkan
فِعْلٌ مَاضٍ وَالْفَاعِلُ "هُوَ" مُسْتَتِرٌ
أنزلَ يُنزل، أَنْزِلْ، المصدر إِنْزالٌ، فهو مُنْزِل، والمفعول مُنْزَل

أنْزَلَ - يُنْزِلُ : menurunkan , menjatuhkan , membangun , menginap , mengurangi , memotong

-  السَّكِينَةَ ketenteraman
اسْمٌ مُفْرَدٌ صِيغَةُ اسْمِ مَصْدَرٍ مِنْ سَكَنَ وَمَفْعُولٌ بِهِ
سكَنَ1/ سكَنَ إلى/ سكَنَ في1 يَسكُن، اسْكُنْ ، المصدر سُكُونٌ وسَكِينةٌ، فهو ساكِن، والمفعول مَسْكونٌ إليه

سَكَنَ - يَسْكُنُ : 1. tinggal di , berada , menempati , mendiami ; 2. menjadi tenang , dingin , diam , reda , surut , berkurang , tidak ramai

سَكِيْنَة : ketenangan , kedamaian , keheningan , ketentraman

-  فِي dalam
حَرْفٌ جَرٍّ

-  قُلُوبِ hati
قلب، جمع: قُلُوبٌ
اسْمُ جَمْعِ التَّكْسِيْرِ وصِيغَةُ اسْمِ مَصْدَرٍ مِنْ قَلَبَ وَمَجْرُورٌ
قلَبَ يَقلِب، اِقْلِبْ، المصدر قَلْبٌ، فهو قالِب، والمفعول مَقْلوب
قَلَبَ - يقْلب : 1. memutar , berpaling , berbalik , terbalik , bolak - balik , jungkir - balik ; 2. membalikkan , menelungkupkan ; 3. merobohkan , merubuhkan , menumbangkan

-  الْمُؤْمِنِينَ orang-orang yang beriman

اسْمُ جَمْعِ الْمُذَكَّرِ السَّالِمِ وَصِيغَةُ اسْمِ مَصْدَرٍ مِنْ آمَنَ وَمُضَافٍ إِلَيْهِ
آمَنَ/ آمنَ بـ/ آمنَ لـ يُؤمن، آمِنْ، المصدر إِيمَانٌ، فهو مُؤمِن، والمفعول مُؤمَن

آمَنَ - يُؤْمِنُ بِـ : percaya akan , beriman pada

-  لِيَزْدَادُوا supaya mereka bertambah
لَامٌ تَعْلِيلٌ
فِعْلٌ مُضَارِعٌ مَنْصُوبٌ وَالْفَاعِلُ هُمْ مُسْتَتِرٌ
ازدادَ يَزداد، اِزْدَدْ، المصدر اِزْدِيَادٌ، فهو مُزداد، والمفعول مُزداد

-  إِيمَانًا keimanan
اسْمٌ مُفْرَدٌ وَصِيغَةُ اسْمِ مَصْدَرٍ وَمَفْعُولٌ بِهِ
آمَنَ/ آمنَ بـ/ آمنَ لـ يُؤمن، آمِنْ، المصدر إِيمَانٌ، فهو مُؤمِن، والمفعول مُؤمَن

آمَنَ - يُؤْمِنُ بِـ : percaya akan , beriman

-  مَعَ beserta
ظَرْفُ مَكَانٍ
-  إِيمَانِهِمْ keimanan mereka
"إيمان" اسْمٌ مُفْرَدٌ وَصِيغَةُ اسْمِ مَصْدَرٍ وَ مُضَافٌ إِلَيْهِ عَلَى مَعَ
"هم" اسْمُ ضَمِيرٍ مُتَّصِلٍ غَائِبٍ وَمُضَافٌ إِلَيْهِ

-  وَلِلَّهِ dan kepunyaan Allah

"و" حَرْفُ عَطْفٍ
"ل" حَرْفُ جَرٍّ
"الله" اسْمٌ مُفْرَدٌ وَمَجْرُورٌ
"ولله" خَبَرٌ مُقَدَّمٌ

-  جُنُودُ bala tentara
اسْمٌ مُفْرَدٌ وَمُبْتَدَأٌ مُأَخَّرٌ
جُنْدٌ، ج : جُنُودٌ، أَجْنَادٌ
-  السَّمَاوَاتِ langit
اسْمُ جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ وَمُضَافٌ إِلَيْهِ
سماءٌ، جمع: سَمَاواتٌ
-  وَالْأَرْضِ dan bumi
"و" حَرْفُ عَطْفٍ
"الأرض" اسْمٌ مُفْرَدٌ وَمَعْطُوفٌ عَلَى السَّمَاوَاتِ
ارض، جمع: أَرَاضٍ، الأَرَاضِي، أَرَضون

-  وَكَانَ dan adalah
"و" حَرْفُ عَطْفٍ
"كان" فِعْلٌ مَاضٍ وَالْفَاعِلُ هُوَ مُسْتَتِرٌ
كانَ يَكُون، كُنْ، المصدر كَوْنٌ،كِيَانٌ،كَيْنُونَةٌ، فهو كائِن

كَانَ - يَكُوْن : ada , adalah, menjadi , terjadi

-  اللَّهُ Allah
اسْمٌ مُفْرَدٌ وَاسْمُ كَانَ
-  عَلِيمًا Maha Mengetahui
اسْمٌ مُفْرَدٌ وَصِيغَةُ مُبَالَغَةٍ مِنْ عَلِمَ وَخَبَرُ كَانَ أَوَّلٌ
عَليم [مفرد]: ج عُلَماءُ: صيغة مبالغة من علِمَ
علِمَ/ علِمَ بـ يَعلَم، اِعْلَمْ، المصدر عِلْمٌ، فهو عالِم، والمفعول معلوم
عَلِمَ - يَعْلَمُ : mengetahui , menjadi sadar akan , mengenali , menemukan

-  حَكِيمًا Maha Bijaksana
اسْمٌ مُفْرَدٌ وَصِيغَةُ اسْمِ فَاعِلٍ مِنْ حَكُمَ وَخَبَرُ كَانَ ثَانٍ
حكيم، جمع: حُكَمَاءُ، حَكِيمَاتٌ
صِفَةٌ مُشَبَّهَةٌ تَدُلّ عَلَى الثُّبُوتِ مِنْ حُكُمَ
حكُمَ يحكُم،المصدر حُكْمٌ وحِكْمةٌ، فهو حكيم


Pelajaran atau hikmah yang bisa diambil dari aya ini:

الدُّرُوسُ أَوْ الْحِكْمَةُ يُمْكِنُ أَنْ تُؤْخَذَ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ:


Pentingnya ketenangan dalam kehidupan. Ayat ini menunjukkan bahwa ketenangan merupakan kebutuhan psikologis bagi orang yang beriman. Ketenangan membantu seseorang dalam menjaga stabilitas emosional dan mental mereka.

أَهَمِّيَّةُ الْهُدُوءِ فِي الْحَيَاةِ.  تَدُلُّ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى أَنَّ الْهُدُوءَ حَاجَةٌ نَفْسِيَّةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.  يُسَاعِدُ الْهُدُوءُ الشَّخْصَ فِي الْحِفَاظِ عَلَى اسْتِقْرَارِهِ الْعَاطِفِيِّ وَالْعَقْلِيِّ.

Iman sebagai sumber ketenangan. Ayat ini menyatakan bahwa ketenangan diturunkan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Hal ini menunjukkan bahwa iman dapat menjadi sumber ketenangan bagi seseorang.

الْإِيمَانُ كَمَصْدَرٍ لِلْهُدُوءِ. تَنُصُّ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى أَنَّ اللَّهَ يُعْلِنُ الْهُدُوءَ لِلْمُؤْمِنِينَ. هَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْإِيمَانَ يُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ مَصْدَرَ هُدُوءٍ لِلشَّخْصِ
Konsep kekuasaan Allah. Ayat ini mengungkapkan bahwa Allah memiliki tentara di langit dan di bumi. Hal ini menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah serta mengajarkan manusia untuk tunduk dan merendahkan diri di hadapan-Nya.

مَفْهُومُ قُوَّةِ اللهِ.  تَكْشِفُ هَذِهِ الْآيَةُ أَنَّ اللهَ جُيُوشٌ فِي السَّمَوَاتِ وَعَلَى الْأَرْضِ.  هَذَا يَدُلُّ عَلَى عَظَمَةِ اللهِ وَقُوَّتِهِ وَيَعْلَمُ النَّاسُ أَنْ يَخْضَعُوا وَيَتَوَاضَعُوا أَمَامَهُ.


Kebijaksanaan Allah. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Hal ini mengajarkan manusia untuk percaya dan mengandalkan kebijaksanaan Allah dalam menghadapi segala hal dalam kehidupan.

حِكْمَةُ اللهِ.  كَمَا تَدُلُّ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ.  هَذَا يَعْلَمُ الْبَشَرَ أَنْ يُؤْمِنُوا بِحِكْمَةِ اللهِ وَأَنْ يَعْتَمِدُوا عَلَيْهَا فِي التَّعَامُلِ مَعَ كُلِّ الْأَشْيَاءِ فِي الْحَيَاةِ.



TAFSIR TAHLILI
Allah menganugerahkan nikmat-Nya dengan menanamkan ketenangan dalam hati orang-orang yang beriman, terutama dalam hati para sahabat yang ikut bersama Rasulullah saw dalam Perjanjian Hudaibiyyah. Dengan ketenangan hati itu, para sahabat patuh kepada hukum Allah dan keputusan Rasul-Nya. Dengan ketenangan hati itu juga, Allah menambah iman para sahabat.
Imam al-Bukhārī menetapkan kesimpulan berdasarkan ayat ini bahwa iman itu tidak sama kadarnya dalam setiap hati orang beriman, ada yang tebal, ada yang sedang, dan ada pula yang tipis. Di samping itu, iman dapat pula bertambah dan berkurang pada diri seseorang.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menurunkan ketenangan dalam hati orang-orang yang beriman ialah menghilangkan perbedaan pendapat yang terjadi di antara para sahabat Rasulullah saw tentang Perjanjian Hudaibiyyah. Dengan timbulnya ketenangan hati, semua sahabat Nabi akhirnya mengikuti keputusan Rasulullah. Diriwayatkan bahwa ‘Umar bin Khaṭṭāb termasuk di antara sahabat yang tidak menyetujui Perjanjian Hudaibiyyah sehingga beliau berkata, “Bukankah kita pada jalan yang hak, sedangkan mereka di jalan yang batil?” Dengan rahmat Allah, perbedaan pendapat itu hilang. Para sahabat menyadari kebenaran pendapat Rasulullah saw, termasuk ‘Umar bin Khaṭṭāb yang akhirnya menyetujui pendapat Rasulullah.
Ayat ini dapat berarti umum dan dapat pula berarti khusus. Dalam arti umum, ayat ini berarti bahwa Allah akan menanamkan ketenangan hati, kesabaran, dan ketabahan bagi setiap orang yang beriman sehingga tidak ada lagi perbedaan pendapat di antara mereka yang dapat menimbulkan perpecahan. Hanya orang-orang yang kurang imannya saja yang mudah berselisih dengan orang yang beriman lainnya. Sedangkan arti khususnya adalah bahwa Allah menimbulkan ketenangan hati pada setiap orang yang bersama Rasulullah saw dalam menghadapi Perjanjian Hudaibiyyah. Arti khusus inilah yang dimaksud dalam ayat ini karena ini yang sesuai dengan sebab turunnya.
Allah menerangkan bahwa Dialah yang mengatur dan menguasai langit dan bumi. Dia mempunyai “tentara langit” dan “tentara bumi”, yang dapat melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Tidak ada satu pun dari tentara-Nya yang mengingkari perintah-Nya. Di antara “tentara-tentara” itu ada yang berupa malaikat, binatang, angin topan, gempa yang dahsyat, banjir, aneka rupa penyakit, dan sebagainya. Jika Allah menghendaki, Dia dapat menghancurkan segala sesuatu dengan satu macam tentara-Nya saja termasuk menghancurkan setan. Tetapi Dia tidak berbuat demikian, bahkan Dia memerintahkan kepada kaum Muslimin agar berjihad dan berperang di jalan-Nya. Semuanya itu ditetapkan sesuai dengan hikmah, tujuan, dan kemaslahatan yang diketahui-Nya, sedangkan manusia boleh jadi tidak mengetahuinya.



Semoga bermanfaat,
Pengasuh Bahasa Adab