Ngaji Hikam - Maqalah 1
Maqalah 1:
من علامات الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
مِنْ عَلَامَاتِ الِاعْتِمَادِ عَلَى الْعَمَلِ نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُودِ الزَّلَلِ
- من : dari
- علامات : tanda-tanda
- الاعتماد : ketergantungan
- على : pada
- العمل : amal/perbuatan
- نقصان : berkurangnya
- الرجاء : harapan
- عند : ketika
- وجود : adanya
- الزلل : kesalahan/kekhilafan
Di antara tanda-tanda ketergantungan pada amal adalah berkurangnya harapan ketika terjadi kesalahan.
Semakna dengan kalimat:
1. Salah satu tanda bergantungnya pada amal yang fana, adalah hilangnya harapan saat melakukan dosa.
2. Amal ibadah hanyalah jalan, tetapi rahmat Allah yang harus jadi sandaran.
3. Jangan takut tidak ada harapan saat khilaf itu datang, karena rahmat Allah selalu lapang.
Kalimat ini mengandung pesan bahwa jika seseorang terlalu mengandalkan amal atau perbuatan baiknya, ia cenderung merasa putus asa atau kehilangan harapan saat melakukan kesalahan. Ini menunjukkan bahwa ia lebih bergantung pada amalnya daripada pada rahmat dan ampunan Allah.
Dalam Islam, diingatkan agar seorang hamba tidak hanya bersandar pada amal ibadah semata, melainkan selalu berharap pada rahmat Allah, karena ampunan-Nya lebih luas daripada sekadar jumlah amal perbuatan. Manusia tidak lepas dari kekhilafan, tetapi rahmat Allah selalu ada untuk memaafkan hamba-Nya yang bertobat.
Contoh:
1. Contoh Ketergantungan Pada Amal:
Seseorang yang rajin shalat, berzakat, dan beramal saleh. Namun, ketika ia terjatuh dalam kesalahan atau dosa, ia merasa hancur dan putus asa, berpikir bahwa semua amalnya tidak ada gunanya. Ini menunjukkan bahwa ia terlalu mengandalkan amalnya sendiri, bukan pada rahmat Allah.
2. Contoh Tidak Bergantung pada Amal Semata:
Ada orang yang rajin beramal tetapi memahami bahwa amalnya bukan satu-satunya penentu keselamatannya. Ketika ia melakukan kesalahan, ia segera bertobat dengan penuh harapan kepada Allah, tanpa merasa bahwa dosanya membuatnya tidak layak untuk diampuni.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.663) Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar [39]:53)
Kaidah Ilmu Mantiq:
كُلُّ حُكْمٍ يَتَبَنَّى عَلَى سَبَبٍ
Setiap hukum bergantung pada sebab
Dari ayat di atas diperoleh dua premis:
- Premis Sebab: Allah adalah Maha Pengampun (الغفور) dan Maha Penyayang (الرحيم).
- Premis Akibat: Maka, jangan berputus asa dari rahmat-Nya.
Contoh: Jika seseorang menyadari bahwa Allah memiliki sifat pengampun yang tidak terbatas, maka seharusnya ia terdorong untuk bertobat dan meninggalkan keputusasaan.
Kata bijak yang semakna:
- Seperti gelapnya malam yang larut, akan selalu ada fajar yang menyambut. Dosa besar janganlah takut, rahmat Allah pasti menjemput.
- Janganlah putus asa meski banyak dosa, karena rahmat Allah luas tak terkira.
- Sebesar apa pun kesalahan kita, pengampunan Allah selalu tersedia.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ، اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ،
Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Gāfir [40]:60)
Kaidah Ilmu Mantiq:
- Dalam ayat ini, doa (sebab) mendatangkan jawaban dari Allah (akibat),
- sedangkan kesombongan (sebab) mendatangkan azab di neraka (akibat).
Kata bijak yang semakna:
- Seperti bumi yang meminta hujan, langit pun menjawab dengan berkah yang diturunkan. Siapa yang berdoa dengan harapan, pasti Allah beri jawaban.
- Berdoa tanda rendah hati, tak mau berdoa adalah sombong diri.
- Doa mengundang kasih Ilahi, sombong membawa azab abadi.
Shahih Muslim/4852:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاؤُهُ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً وَمَنْ لَقِيَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطِيئَةً لَا يُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَقِيتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً قَالَ إِبْرَاهِيمُ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ بِهَذَا الْحَدِيثِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا أَوْ أَزِيدُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy dari Al-Ma’rur bin Suwaid dari Abu Dzar, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Allah Azza wa Jalla berfirman: Barang siapa yang datang dengan satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipat pahalanya atau lebih. Dan barang siapa yang datang dengan satu keburukan, maka balasannya adalah satu keburukan yang sepadan atau Aku akan mengampuni. Barang siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Dan barang siapa mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Dan barang siapa datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari kecil. Dan barang siapa bertemu dengan-Ku dengan dosa sepenuh bumi, tanpa mempersekutukan-Ku dengan apa pun, maka Aku akan bertemu dengannya dengan ampunan sepenuh itu pula."
Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Bisyr, telah menceritakan kepada kami Waki’ dengan hadits ini. Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al-A’masy dengan sanad ini dengan matan yang serupa, hanya saja dia berkata: "Baginya sepuluh kali lipat pahalanya atau lebih."
Shahih_Bukhari/5241:
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو عُبَيْدٍ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَلَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ
"Abu Hurairah berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Tidak ada amal seorang pun yang akan memasukkannya ke dalam surga.' Mereka bertanya, 'Apakah engkau juga, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Tidak, juga saya, kecuali jika Allah menutupi saya dengan karunia dan rahmat-Nya. Maka lakukanlah yang terbaik dan dekatkanlah diri kepada kebaikan. Dan janganlah seseorang di antara kalian berharap untuk mati, jika dia seorang yang baik, karena mungkin dia akan semakin bertambah kebaikannya, atau jika dia seorang yang buruk, karena mungkin dia akan memohon ampunan.'"
Hadis ini mengandung beberapa pokok penting:
1. Tidak Ada Amal yang Cukup: Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada amal perbuatan manusia yang bisa menjamin seseorang masuk surga tanpa adanya rahmat dan karunia Allah. Ini menunjukkan bahwa amal ibadah manusia meskipun baik, tetap membutuhkan anugerah Allah untuk mendapat keselamatan.
2. Karunia dan Rahmat Allah: Rasulullah SAW menyatakan bahwa meskipun amalnya sendiri tidak menjamin surga, Allah yang maha penyayang bisa memberikan rahmat-Nya untuk memasukkan seorang hamba ke dalam surga. Ini menunjukkan betapa pentingnya bergantung pada rahmat Allah, bukan hanya pada amal semata.
3. Dianjurkan untuk Terus Berusaha: Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk terus berusaha sebaik mungkin dalam beramal dan melakukan kebaikan. Meskipun hasilnya tidak dapat diprediksi, umat Islam dianjurkan untuk tetap berusaha dengan baik dan dekatkan diri kepada kebaikan.
4. Tidak Mengharapkan Mati: Rasulullah SAW melarang umatnya untuk berharap mati, baik dalam keadaan baik atau buruk. Jika seseorang dalam keadaan baik, ia bisa terus bertambah kebaikannya, dan jika dalam keadaan buruk, kesempatan hidupnya bisa menjadi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Hadis ini mengajarkan pentingnya bergantung pada rahmat Allah dalam segala hal, meskipun kita berusaha semaksimal mungkin dalam amal ibadah.
Shahih Bukhari/5982:
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاغْدُوا وَرُوحُوا وَشَيْءٌ مِنْ الدُّلْجَةِ وَالْقَصْدَ الْقَصْدَ تَبْلُغُوا
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dzi’b dari Sa’id Al-Maqburi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Tidak ada seorang pun dari kalian yang akan diselamatkan oleh amalnya." Mereka bertanya, “Tidak juga engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak juga aku, kecuali jika Allah meliputiku dengan rahmat-Nya. Maka bersikap luruslah dan mendekatlah (kepada kebenaran), mulailah di pagi hari, sore, dan sebagian malam dalam beramal, serta bersikaplah pertengahan, niscaya kalian akan sampai (pada tujuan).”
Hadits ini mengajarkan bahwa keselamatan di akhirat dan keberhasilan mencapai surga tidak hanya bergantung pada amal ibadah, tetapi terutama pada rahmat Allah. Rasulullah SAW sendiri, meskipun memiliki amal yang sangat besar, tetap menyatakan bahwa beliau membutuhkan rahmat Allah untuk keselamatannya. Hadits ini mengingatkan bahwa amal manusia memiliki keterbatasan, dan tanpa rahmat Allah, amal-amal itu saja tidak akan cukup untuk menjamin keselamatan seseorang.
Pesan dari hadits ini adalah agar setiap Muslim tidak merasa sombong atau terlalu percaya diri dengan amalnya, tetapi tetap berharap pada rahmat Allah dan memohon kebaikan-Nya. Rasulullah juga memberikan panduan agar dalam beramal, seorang Muslim tetap bersikap lurus dan konsisten serta menjaga keseimbangan (tidak berlebihan) agar tidak putus asa atau merasa berat dalam ibadah, sehingga bisa terus mendekatkan diri kepada Allah hingga akhir hayatnya.
Semoga bermanfaat.