Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Irsyadul Adab: Basahilah Lisanmu Dengan Dzikir




Hadis Tirmidzi 3297:

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ قَالَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab, dari Mu'awiyah bin Shalih, dari Amr bin Qais, dari Abdullah bin Busr radhiyallahu 'anhu:

Bahwa seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam telah banyak bagiku, maka beritahukanlah kepadaku sesuatu yang bisa aku pegang teguh."
Beliau (Rasulullah) bersabda: "Hendaklah lidahmu senantiasa basah dengan mengingat Allah (berzikir kepada-Nya)."

Abu Isa (at-Tirmidzi) berkata: "Ini adalah hadis hasan gharib dari jalur ini."


PENJELASAN RAWI

Berikut adalah biografi singkat, tahun lahir dan wafat, serta keistimewaan para perawi dalam sanad berikut:

1. Abu Kuraib – Muhammad bin Al-‘Ala Al-Hamadani
Lahir pada tahun 174 H dan wafat pada tahun 248 H. Ia adalah seorang imam ahli hadis yang tsiqah (terpercaya), banyak meriwayatkan hadis, dan menjadi guru bagi para imam besar seperti Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi. Ia dikenal sebagai pakar hadis di Kufah dan banyak disebut dalam kitab-kitab rijal sebagai perawi terpercaya.

2. Zaid bin Hubab
Wafat sekitar tahun 203 H. Ia merupakan perawi yang tsiqah menurut sebagian besar ulama hadis seperti Yahya bin Ma'in, namun disebut mengalami perubahan hafalan di masa tuanya. Ia meriwayatkan hadis dari banyak ulama besar dan digunakan dalam Musnad Ahmad serta Sunan Abu Dawud.

3. Mu’awiyah bin Shalih
Wafat sekitar tahun 158 H. Seorang tabi’ut tabi’in yang dikenal sebagai perawi yang terpercaya, terutama saat meriwayatkan dari tulisan atau ketika berada di Mesir. Ia sempat dikritik karena hafalannya yang berubah saat menetap di Syam. Hadis-hadisnya digunakan dalam Shahih Muslim dan Sunan lainnya.

4. Amr bin Qais
Diduga merujuk pada ‘Amr bin Qais al-Mula’i, wafat sekitar tahun 146 H. Ia adalah seorang tabi’in yang dikenal karena keilmuannya, ibadahnya, dan kezuhudannya. Ia dinilai tsiqah oleh para ulama seperti Yahya bin Ma'in dan Ibnu Sa'd, serta banyak meriwayatkan dari sahabat.

5. Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu
Seorang sahabat Nabi SAW yang wafat sekitar tahun 88 H. Ia tinggal di wilayah Syam dan meriwayatkan sejumlah hadis langsung dari Nabi Muhammad SAW. Dikenal karena hadis-hadisnya yang berkaitan dengan dzikir, adab, dan ibadah. Hadis-hadisnya terdapat dalam Shahih Muslim dan Sunan Abu Dawud.


PENJELASAN MAKNA


1. أنَّ رَجُلًا قَالَ

1. أَنَّ = bahwa
Sinonim: إِنَّ (إِنَّ)
Alasan: "أَنَّ" dipakai untuk kalimat tidak langsung dalam susunan narasi.

2. رَجُلًا = seorang laki-laki
Sinonim: فَتًى (pemuda), إِنسَانٌ (manusia)
Alasan: "رَجُل" lebih menunjukkan jenis kelamin dan usia dewasa daripada "فَتًى" atau "إِنسَان".

3. قَالَ = berkata
Sinonim: نَطَقَ (mengucapkan), تَكَلَّمَ (berbicara)
Alasan: "قَالَ" paling umum dan ringkas dalam meriwayatkan ucapan dalam hadis.


Makna tekstual: Bahwa seorang laki-laki berkata.
Makna kontekstual: Menunjukkan inisiatif pribadi seorang sahabat yang ingin memahami inti dari agama.

 مَنْ تَكَلَّمَ مِنْ فَمِهِ بَلَغَ أُذُنَ النَّاسِ، وَمَنْ تَكَلَّمَ مِنْ قَلْبِهِ بَلَغَ قُلُوبَهُمْ.
(Barang siapa berbicara dengan mulutnya, ucapannya sampai ke telinga manusia. Tapi siapa yang bicara dari hatinya, ucapannya sampai ke hati mereka.)

2. يَا رَسُولَ اللَّهِ

4. يَا رَسُولَ اللَّهِ = wahai Rasulullah
Sinonim: يَا نَبِيَّ اللَّهِ (wahai Nabi Allah)
Alasan: "رَسُول" menekankan fungsi penyampai wahyu, lebih pas dalam konteks permintaan bimbingan.

Makna tekstual: Wahai Rasulullah
Makna kontekstual: Seruan penuh adab dan pengharapan, mengandung cinta dan penghormatan.
مَنْ نَادَى رَسُولَ اللَّهِ بِحُبٍّ، فَقَدْ نَادَى السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ بِذِكْرِهِ.
(Barang siapa memanggil Rasulullah dengan cinta, sungguh ia telah menyeru langit dan bumi untuk mengingatnya.)

3. إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ

5. إِنَّ = sesungguhnya
Sinonim: لَقَدْ (sungguh), لَا شَكَّ (tidak diragukan)
Alasan: "إِنَّ" digunakan untuk penegasan dalam kalimat langsung.

6. شَرَائِعَ = hukum-hukum syariat
Sinonim: أَحْكَامٌ (hukum-hukum), أَوَامِرُ (perintah-perintah)
Alasan: "شَرَائِع" mencakup keseluruhan aturan agama, baik yang wajib maupun sunnah.

7. الْإِسْلَامِ = Islam
Sinonim: الدِّينِ (agama), الشَّرِيعَةِ (syariat)
Alasan: "الإسلام" menunjuk pada keseluruhan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.

8. قَدْ كَثُرَتْ = telah banyak
Sinonim: تَعَدَّدَتْ (beraneka), زَادَتْ (bertambah)
Alasan: "كَثُرَتْ" menunjukkan kuantitas yang dirasa berlebih atau berat oleh si penanya.

9. عَلَيَّ = atasku
Sinonim: لَدَيَّ (padaku), لِي (bagiku)
Alasan: "عَلَيَّ" menandakan beban kewajiban yang dirasakan menekan secara pribadi.

Makna tekstual: Sesungguhnya syariat-syariat Islam telah banyak (terasa berat) bagiku.
Makna kontekstual: Ungkapan kejujuran tentang beban banyaknya kewajiban, menunjukkan kebutuhan akan prioritas.
مَنْ رَأَى كَثْرَةَ الطُّرُقِ تَاهَ، وَمَنْ سَارَ فِي طَرِيقِ الْحُبِّ بَلَغَ الْمَقْصِدَ.
(Barang siapa melihat banyaknya jalan, dia akan bingung. Tapi siapa yang berjalan di jalan cinta, dia akan sampai ke tujuan.)

4. فَأَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ

10. فَأَخْبِرْنِي = maka beritahulah aku
Sinonim: دُلَّنِي (tunjukkan aku), عَلِّمْنِي (ajarkan aku)
Alasan: "أَخْبِرْنِي" lebih netral dan meminta informasi, bukan hanya petunjuk atau pengajaran.

11. بِشَيْءٍ = dengan sesuatu
Sinonim: بِأَمْرٍ (dengan suatu perkara), بِفِعْلٍ (dengan suatu perbuatan)
Alasan: "شَيْءٍ" mencakup segala bentuk amal, tanpa membatasinya.

12. أَتَشَبَّثُ = aku berpegang erat
Sinonim: أَتَمَسَّكُ (aku berpegang), أَتَعَلَّقُ (aku bergantung)
Alasan: "أَتَشَبَّثُ" lebih kuat dan menggambarkan keterikatan penuh serta usaha keras.

13. بِهِ = padanya
Sinonim: عَلَيْهِ (atasnya), فِيهِ (di dalamnya)
Alasan: "بِهِ" adalah bentuk yang pas setelah fi'il "تَشَبَّثَ", sesuai kaidah nahwu.


Makna tekstual: Maka beritahulah aku satu hal yang bisa aku pegang erat.
Makna kontekstual: Permintaan untuk mendapatkan pegangan inti dalam menjalankan agama secara konsisten.
تَمَسَّكْ بِخَيْطِ الذِّكْرِ، فَإِنَّهُ لَا يَنْقَطِعُ وَلَا يَخُونُ.
(Berpeganglah pada tali zikir, karena ia tak pernah putus dan tak pernah mengkhianati.)

5. قَالَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ

14. قَالَ = beliau bersabda
Sinonim: أَجَابَ (menjawab), رَدَّ (membalas)
Alasan: "قَالَ" adalah bentuk umum dan netral untuk menyampaikan sabda Nabi.

15. لَا يَزَالُ = senantiasa
Sinonim: لَا يَنْقَطِعُ (tidak terputus), دَائِمًا (selalu)
Alasan: "لَا يَزَالُ" adalah bentuk ekspresi dalam bahasa Arab untuk menunjukkan kesinambungan.

16. لِسَانُكَ = lidahmu
Sinonim: فَمُكَ (mulutmu), نُطْقُكَ (ucapanmu)
Alasan: "لِسَان" adalah alat langsung untuk berdzikir, lebih tepat daripada sinonim lain.

17. رَطْبًا = basah
Sinonim: مَبْلُولًا (dibasahi), نَدِيًّا (lembap)
Alasan: "رَطْب" menggambarkan kesegaran dan aktivitas terus-menerus dalam berdzikir.

18. مِنْ = dari
Sinonim: بِسَبَبِ (karena), عَنْ (tentang)
Alasan: "مِنْ" paling tepat untuk menyatakan sebab sesuatu dalam struktur ini.

19. ذِكْرِ اللَّهِ = dzikir kepada Allah
Sinonim: تَسْبِيحُ اللَّهِ (mensucikan Allah), دُعَاءُ اللَّهِ (doa kepada Allah)
Alasan: "ذِكْرُ اللَّهِ" mencakup segala bentuk ingat kepada Allah: tasbih, tahmid, tahlil, dan lainnya.


Makna tekstual: Nabi bersabda: Hendaklah lidahmu senantiasa basah oleh zikir kepada Allah.
Makna kontekstual: Zikir sebagai jalan termudah, terdekat, dan terdalam untuk terus terhubung dengan Allah.
إِذَا جَفَّ لِسَانُكَ مِنْ ذِكْرِهِ، جَفَّ قَلْبُكَ مِنْ نُورِهِ.
(Jika lidahmu kering dari menyebut-Nya, maka hatimu pun kering dari cahaya-Nya.)