Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Irsyadul Adab: Keutamaan Majelis Dzikir




Muslim 4868:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَقَ يُحَدِّثُ عَنْ الْأَغَرِّ أَبِي مُسْلِمٍ أَنَّهُ قَالَ

أَشْهَدُ عَلَى أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

و حَدَّثَنِيهِ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basyar, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu‘bah, ia berkata: Aku mendengar Abu Ishaq meriwayatkan dari Al-Agharr Abu Muslim bahwa ia berkata:
Aku bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa keduanya bersaksi atas Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: Tidaklah suatu kaum duduk untuk berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat, diselimuti oleh rahmat, diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang berada di sisi-Nya.’
Dan telah menceritakan kepada saya Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman, telah menceritakan kepada kami Syu‘bah dengan sanad ini yang semisal dengannya."

Penjelasan:

1. لَا يَقْعُدُ (Tidaklah duduk)

Makna zahir: Duduk secara fisik.

قَعَدَ - يقْعد : duduk , mendudukkan , mengambil tempat duduk

قعَدَ/ قعَدَ بـ/ قعَدَ على/ قعَدَ عن/ قعَدَ في/ قعَدَ لـ يَقعُد، اُقْعُدْ، مصدر قُعُودٌ، فهو قاعد وقَعود، والمفعول مقعود به


Makna majazi: Berkumpul dengan tenang, meninggalkan kesibukan duniawi, dan mengkonsentrasikan diri untuk zikir.
Kenapa tidak menggunakan: "يَجْتَمِعُ" (berkumpul)?
Karena "يَقْعُدُ"menunjukkan keberlanjutan dan ketenangan, sedangkan "يَجْتَمِعُ" bisa menunjukkan kumpul tanpa fokus atau bisa jadi tidak berlama-lama.

Makna dalam konteks spiritual: Duduk adalah simbol kerendahan, kesungguhan, dan kesabaran dalam beribadah.

مَنْ قَعَدَ لِلطَّلَبِ، قَامَ بِالذَّهَبِ
“Barangsiapa duduk untuk menuntut ilmu, maka ia bangkit membawa emas.”


2. قَوْمٌ (sekelompok orang)

Makna zahir: Sekumpulan manusia.
Makna majazi: Orang-orang yang bersatu dalam satu tujuan, yaitu zikir kepada Allah.
Kenapa tidak menggunakan: "نَاسٌ" (orang-orang)?
Karena "قَوْمٌ" menandakan kebersamaan dalam visi dan misi, sementara "نَاسٌ" bisa jadi hanya kerumunan umum tanpa tujuan bersama.


الْقَوْمُ إِذَا تَوَاصَوْا، نَجَحُو
“Suatu kaum jika saling memberi nasihat, mereka akan sukses.”


3. يَذْكُرُونَ اللَّهَ (mengingat Allah)

Makna zahir: Menyebut nama Allah dengan lisan.

ذَكَرَ - يَذْكُرُ : menyebut , mengingat , mengacu pada , menunjukkan

ذكَرَ يَذكُر، اُذْكُرْ، مصدر ذِكْرٌ، تَذْكارٌ، ذِكْرَى، فهو ذاكِر، والمفعول مَذْكور


Makna majazi: Termasuk juga merenungkan, menghadirkan hati, dan memuliakan Allah dalam setiap bentuk ibadah.
Kenapa tidak menggunakan: "يَدْعُونَ" (berdoa)?
Karena zikir lebih umum dan mencakup doa, tasbih, tahmid, tahlil, dll. Sedangkan doa lebih khusus.

ذِكْرُ اللهِ شِفَاءُ الْقُلُوبِ
“Zikir kepada Allah adalah penyembuh hati.


4. إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ (melainkan malaikat mengelilingi mereka)

Makna zahir: Para malaikat membentuk lingkaran mengelilingi mereka.

حَفَّ - يَحُفُّ : menggosok , menggaruk
حفّ و حفّف و احتفّ : mengelilingi

حفَّ1/ حفَّ بـ/ حفَّ من حَفَفْتُ، يَحُفّ، احفُفْ/ حُفَّ، حَفًّا وحِفافًا، فهو حافّ، والمفعول مَحْفوف (للمتعدِّي)

Makna majazi: Penghormatan dan perlindungan dari para malaikat atas kemuliaan amal mereka.
Kenapa tidak menggunakan: "زَارَتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ" (malaikat mengunjungi mereka)?
Karena "حَفَّتْ" memberi makna melindungi dan mengelilingi dari segala arah, bukan hanya datang lalu pergi.

الْمَلَائِكَةُ تُحِبُّ مَجَالِسَ الذِّكْرِ
“Para malaikat mencintai majelis-majelis zikir.”

5. وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ (dan rahmat menyelimuti mereka)*

Makna zahir: Ditutupi rahmat.

غَشِيَ : sering kali , pergi , datang , berkunjung

غشِيَ1 يَغشَى، اغْشَ، اِغْشَ، مصدر غَشَيَانٌ، فهو غاشٍ، والمفعول مَغْشِيّ


Makna majazi: Mereka dinaungi oleh kasih sayang, ampunan, dan keberkahan dari Allah.
Kenapa tidak menggunakan: "أَصَابَتْهُمُ الرَّحْمَةُ" (rahmat menimpa mereka)?
Karena "غَشِيَتْ" menggambarkan rahmat yang lembut, merata, menyelimuti seperti pelukan, bukan hanya menimpa secara titik.


رَحْمَةُ اللهِ أَوْسَعُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
“Rahmat Allah lebih luas dari segala sesuatu.”

6. وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ (dan turun kepada mereka ketenangan)

نَزَلَ - ينزل : 1. turun , ke bawah , jatuh , berjatuhan , mendarat ; 2. membatalkan , mengeluarkan ; 3. berhenti pada , tinggal di , menginap

نزَلَ/ نزَلَ بـ/ نزَلَ على/ نزَلَ في يَنزِل، اِنْزِلْ، مصدر نُزُولٌ، فهو نازِل، والمفعول منزول


سَكِينة [مفرد]:
1- مصدر سكَنَ1/ سكَنَ إلى/ سكَنَ في

سَكِيْنَة : ketenangan , kedamaian , keheningan , ketentraman

سكَنَ1/ سكَنَ إلى/ سكَنَ في1 يَسكُن، سُكُونًا وسَكِينةً، فهو ساكِن، والمفعول مَسْكونٌ إليه

سَكَنَ - يَسْكُنُ : 1. tinggal di , berada , menempati , mendiami ; 2. menjadi tenang , dingin , diam , reda , surut , berkurang , tidak ramai

Makna zahir: Sakīnah (ketenangan) turun dari langit.
Makna majazi: Hati mereka dipenuhi kedamaian, kekhusyukan, dan keteguhan iman.
Kenapa tidak menggunakan: "وَجَاءَتْهُمُ السَّكِينَةُ" (ketenangan datang kepada mereka)?
Karena "نَزَلَتْ" menunjukkan bahwa ketenangan itu dari Allah secara langsung, bukan hasil buatan manusia.

ذِكْرُ اللهِ سَبَبُ السَّكِينَةِ
“Zikir kepada Allah adalah sebab turunnya ketenangan.”

7. وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ (dan Allah menyebut mereka di sisi makhluk-Nya yang dekat dengan-Nya)

Makna zahir:Allah menyebut mereka di hadapan para malaikat-Nya.
Makna majazi:Allah memuliakan mereka, membanggakan mereka, dan memberi mereka kedudukan tinggi.
Kenapa tidak menggunakan: "مَدَحَهُمُ اللَّهُ" (Allah memuji mereka)?
Karena "ذَكَرَهُم"* memberi makna lebih halus dan spiritual, bahwa mereka disebut dalam majelis tinggi — artinya dikenang, dihargai, dan diperhatikan oleh Allah sendiri.

مَنْ ذَكَرَ اللهَ، ذَكَرَهُ اللهُ
“Barangsiapa mengingat Allah, maka Allah pun akan mengingatnya.”


Semoga bermanfaat.
Pengasuh Mahad Bahasa Adab.

---

Ini adalah salah satu hadis agung yang menunjukkan keutamaan majelis zikir. Jika kamu ingin, saya bisa bantu sertakan referensi hadits ini dari kitab Shahih Muslim.