Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Shalawat An-Nahdliyah: KH. Hasan Abdul Wafi (1923-2000)




اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ
صَلَاةً تُرَغِّبُ وَتُنَشِّطُ
2x وَتُحَمِّسُ بِهَا الْجِهَادْ لِإِحْيَاءْ، وَإِعْلَاءِ دِيْنِ الْإِسْلَامْ
2x وَإِظْهَارِ شَعَائِرِهْ عَلَى طَرِيْقَةِ، جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءْ
2x وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
الله الله الله الله
ثَبِّتْ وَانْصُرْ أَهْلَ جَمْعِيَّةْ
2x جَمْعِيَّةِ نَهْضَةِ الْعُلَمَاءْ، لِإِعْلَاءِ كَلِمَةِ اللّٰهْ



Ya Allah, grant blessings and safety to the Prophet Muhammad SAW, who with this shalawats is able to give enthusiasm, energy and strength to seriously revive and elevate the Islamic religion, and spread its Shari'a, namely to Thariqah or Jam'iyyah Nahdlatul Ulama and also to the family of the Prophet Muhammad and his companions.

Allah... Allah... Allah... Allah,
Strengthen and help all members of Jam'iyah Nahdlatul Ulama to always exalt the word of Allah (Islam).


Ya Allah berikanlah keberkahan shalawat dan keselamatan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, yang dengan shalawat itu mampu memberikan semangat, tenaga dan kekuatan untuk bersungguh-sungguh menghidupkan dan meninggikan agama Islam, serta mensyiarkan syariat-syariatnya yaitu kepada Thariqah atau Jam'iyyah Nahdlatul Ulama dan juga kepada keluarga Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya.

Allah...Allah...Allah...Allah,
Teguhkanlah dan tolonglah seluruh warga Jam'iyah Nahdlatul Ulama untuk selalu meninggikan kalimat Allah (Agama Islam)





MUFRADAT


الّلهمَّ : يا الله : ya allah

اللَّهُمَّ [مفرد]: صيغة نداء ودعاء مثل: يا الله، حذف منها حرف النداء وعُوِّض عنه بميم مشدَّدة 

صَلَّى - يُصَلِّى عَلَى النَّبِيّ : berselawat

صَلَّى - يُصَلِّي : melakukan shalat

صلَّى/ صلَّى على يصلِّي، صَلِّ، مصدر صَلاَةٌ، فهو مُصَلٍّ، والمفعول مُصَلًّى عليه

سَيِّد : tuan , raja , ketua , kepala , baginda

السَّيِّدُ , الشَّرِيفُ ( ج اَشْرَافٌ ) : bendoro

رَغَّبَ - يُرَغّبُ : menjadikan ingin , berminat

رغَّبَ يُرغِّب، رَغِّبْ، مصدر تَرْغيبٌ، فهو مُرغِّب، والمفعول مُرغَّب

نَشَّطَ - يُنَشِّطُ : mengaktifkan , menggiatkan , menyegarkan , memberi tenaga , membangkitkan semangat , menghidupkan

نشَّطَ ينشِّط، نَشِّطْ، مصدر تَنْشِيطٌ، فهو مُنشِّط، والمفعول مُنشَّط

حَمَّسَ - يُحَمِّسُ : berkeinginan besar , membuat bergairah , menggairahkan , menggetarkan , menarik perhatian , membangkitkan

حمَّسَ يحمِّس، حَمِّسْ، مصدر تَحْمِيسٌ، فهو مُحمِّس، والمفعول مُحمَّس

جَاهَدَ - يُجَاهِدُ : bekerja keras , berjuang , bersungguh - sungguh , berjihad , berperang di jalan Allah

جاهدَ/ جاهدَ في يجاهد، جَاهِدْ، مصدر مُجَاهَدَةٌ، جِهَادٌ، فهو مُجاهِد، والمفعول مُجاهَد (للمتعدِّي)

أحْيَا - يُحْيِيْ : menghidupkan , hidup kembali , menghidupkan kembali , membuat ulang , memugar , memperbaharui

أحيا يُحيِى، أَحْيِ، أَحْيِ، مصدر إِحْيَاءٌ، فهو مُحيٍ، والمفعول مُحيًا

أعْلَى : mengangkat , meninggikan

أعلى يُعلي، أَعْلِ، أعْلِ، مصدر إِعْلاءٌ، فهو مُعلٍ، والمفعول مُعلًى

أظْهَرَ - يُظْهِرُ : menunjukkan , mendemonstrasikan , menjelma , mengungkapkan , mengilustrasikan , menandai

أظهرَ يُظهر، أَظْهِرْ، مصدر إِظْهارٌ، فهو مُظهِر، والمفعول مُظهَر (للمتعدِّي)

شَعِيْرَة : upacara , ritual , seremoni , peraturan adat , liturgi

شَعِيرَةٌ : جمع: شَعَائِرُ. ن. شَعَائِرُ.

طَرِيْق : cara , jalan , alur , jejak , lintasan , rute

طَرِيقَةٌ ( ج طَرَائِقُ ) ، مَذْهَبٌ ( ج مَذَاهِبُ ) ، عَقِيدَةٌ ( ج عَقائِدُ ) ، تَعْلِيمٌ ( ج تَعَالِيمٌ ) : doktrin

جَمْعِيَّة : asosiasi , masyarakat , institusi , organisasi , perakitan


نَهَضَ - ينهض : bangkit , bangun , menaikkan , mengangkat , membawa , memajukan , meningkatkan , membantu , mempromosikan

نهَضَ2/ نهَضَ إلى/ نهَضَ بـ/ نهَضَ لـ يَنهَض، اِنْهَضْ، مصدر نَهْضٌ، نُهُوضٌ، فهو ناهِض، والمفعول منهوض إليه

عَلِمَ - يَعْلَمُ : mengetahui , menjadi sadar akan , mengenali , menemukan

عَالِم : ilmuwan , sarjana , tenaga ahli , master

مُثَقَّفٌ , مُهَذَّبٌ , مُؤَدَّبٌ , عَالِمٌ ( ج عُلَمَاءُ ) : terpelajar

علِمَ/ علِمَ بـ يَعلَم، عِلْمًا، فهو عالِم، والمفعول معلوم


آل : famili , keluarga , rumah

صَاحِب : 1. rekan , sahabat , teman , kawan , peserta ; 2. pemilik , penguasa , pemegang

صاحِب [مفرد]: ج أصحاب وصَحابة وصِحاب وصَحْب وصُحْبَة، مؤ صاحبة، ج مؤ صاحِبات وصَواحِبُ


ثَبَّتَ - يُثَبِّتُ : menentukan , menetapkan , mengikatkan , mengatasi , menstabilkan , mengukuhkan , mengokohkan , memperkuat , mempersatukan , mengkonsolidasikan

ثبَّتَ يثبِّت، ثَبِّتْ، مصدر تَثْبِيتٌ، فهو مُثبِّت، والمفعول مُثبَّت

نَصَرَ - يَنْصُرُ : 1. membantu , menolong , menopang , mendukung , menyokong , memperjuangkan ; 2. memenangkan , memberikan kemenangan

نصَرَ يَنصُر، اُنْصُرْ، مصدر نَصْرٌ، نُصْرَةٌ، فهو ناصر، والمفعول مَنْصور

أهْل : 1. keluarga , famili , rumah tangga ; 2. penduduk , warga ; 3. pantas , layak

الأهْلُ ( ج أهْلُونَ وآهَالٌ ) : ahli ( famili )


كَلِمَة : 1. kata , istilah ; 2. pidato , sepatah kata ; 3. pendapat , opini , pandangan



PENCIPTA SHALAWAT AN-NAHDLIYAH

Shalawat Nahdliyah merupakan salah satu shalawat yang populer dan digemari oleh banyak kalangan, khususnya Nahdliyin. Namun, tidak banyak orang yang tahu bahwa yang menciptakan shalawat tersebut adalah KH Hasan Abdul Wafi, seorang ulama kharismatik dan tersohor.

KH Hasan Abdul Wafi dulu memiliki nama asli Abdul Wafi, dan berganti jadi Hasan Abdul Wafi sejak ia menunaikan ibadah haji. Ia lahir di Desa Sumberanyar, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan pada tahun 1923, dari pasangan KH Miftahul Arifin dan Nyai Lathifah.

Semasa kecil ia mendapat pendidikan agama dari ayahnya selama 11 tahun. Dan, di usia yang cukup belia tersebut ia sudah bisa menghafal 1000 bait Alfiyah karangan Ibnu Malik.

Setelah bekal ilmunya dirasa cukup, ia melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Palengaan Pamekasan asuhan KH Abdul Majid kala itu. Selanjutnya, atas izin dari gurunya, KH Abdul Majid, ia berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji, belajar dan tabarrukan kepada para masayikh di sana.

Selepas dari Makkah, ia dan kakaknya KH Achmad Sufyan menimba ilmu kepada KH Sahlan Krian Sidoarjo, kemudian KH Romli Tamim di Pondok Pesantren Peterongan Jombang. Kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta dan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo yang diasuh KH Zaini Mun’im.

Kiai Hasan Abdul Wafi menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu 31 Juli 2000 dan di makamkan di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Meski telah wafat, namanya tetap dikenang di hati setiap orang yang mengenalnya. Ia menciptakan lagu Shalawat Nahdliyah karena didorong rasa cintanya terhadap NU.