Isra Mi'raj: Tafsir Al-Isra'/17:1
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Nabi Muhammad Saw mengalami peristiwa Isra’ Mi’raj pada usia sekitar 51 atau 52 tahun, sekitar tahun 621 M, yaitu sekitar 1–2 tahun sebelum hijrah ke Madinah. Peristiwa ini terjadi pada fase sulit dalam dakwah beliau, setelah peristiwa Tahun Kesedihan (Aamul Huzn), di mana beliau kehilangan dua pendukung terbesarnya: Khadijah (istri beliau) dan Abu Thalib (paman beliau).
Nabi Muhammad Saw berhijrah dari Makkah ke Madinah pada usia 53 tahun, yaitu pada tahun 622 M. Peristiwa hijrah ini menandai awal kalender Hijriyah dan menjadi titik penting dalam sejarah Islam, di mana Rasulullah Saw membangun masyarakat Islam yang lebih kuat di Madinah.
Allah Swt berfirman:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Isrā' [17]:1)
IRAB:
(سُبْحانَ) مفعول مطلق لفعل محذوف (الَّذِي) اسم موصول في محل جر بالإضافة والجملة مستأنفة (أَسْرى) ماض مبني على الفتح المقدر على الألف للتعذر وفاعله مستتر (بِعَبْدِهِ) متعلقان بأسرى والهاء مضاف إليه (لَيْلًا) ظرف زمان متعلق بأسرى (مِنَ الْمَسْجِدِ) متعلقان بأسرى (الْحَرامِ) صفة لمسجد (إِلَى الْمَسْجِدِ) متعلقان بأسرى (الْأَقْصَى) صفة والجملة صلة (الَّذِي) اسم موصول صفة ثانية (بارَكْنا) ماض وفاعله والجملة صلة (حَوْلَهُ) ظرف مكان متعلق بباركنا والهاء مضاف إليه (لِنُرِيَهُ) اللام للتعليل ونريه مضارع منصوب بأن المضمرة بعد لام التعليل وهي وما بعدها في تأويل مصدر متعلقان بخبر لمبتدأ محذوف تقديره ذلك لنريه (مِنْ آياتِنا) متعلقان بنريه (إِنَّهُ) إن واسمها (هُوَ السَّمِيعُ) مبتدأ وخبر (الْبَصِيرُ) خبر ثان والجملة خبر إن
{سُبْحانَ الَّذِي}: سبحان: مفعول مطلق بفعل محذوف-مضمر-تقديره: أسبح سبحان ثم نزل-سبحان-منزلة الفعل فسدّ مسدّه ودل على التنزيه البليغ من جميع القبائح التي يضيفها إليه أعداء الله. أي تنزيها لله
TAFSIR
1. سُبْحٰنَ
مصدر سَبَحَ
سبَحَ/ سبَحَ بـ/ سبَحَ في يَسبَح، مصدر سُبْحَان سِباحَةً وسَبْحًا، فهو سابِح، والمفعول مسبوحٌ به
سَبَح - يَسْبَحُ : berenang , berendam
سبَّحَ/ سبَّحَ لـ يُسبِّح، سَبِّحْ، مصدر تَسْبِيحٌ، فهو مُسبِّح، والمفعول مُسبَّح
سَبَّحَ - يُسَبِّحُ : bertasbih , mensucikan , memuji , memuliakan
Kata سُبْحَانَ dengan akar سَبَحَ mengandung hubungan maknawi yang dalam. سُبْحَانَ mengekspresikan penyucian Allah dari segala kekurangan, sementara سَبَحَ mencerminkan gerakan bebas, melayang, atau tidak terikat oleh batasan tertentu. Keterhubungan ini memperlihatkan kesempurnaan Allah yang tidak terbatasi oleh sifat-sifat makhluk atau keterbatasan duniawi.
Bentuk mashdar yang digunakan dalam arti tanzīh, yaitu penyucian Allah dari segala kekurangan.
Mengandung makna takjub atas keagungan Allah dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Didatangkan dalam bentuk mashdar tanpa fi’il untuk menunjukkan keagungan mutlak.
Sinonim: التَّنْزِيْهُ (pensucian), التَّعْظِيْمُ (pengagungan).
2. الَّذِيْٓ
Isim maushul (kata sambung) yang menunjukkan kemuliaan Dzat yang disifati setelahnya.
Memperkuat hubungan antara Allah sebagai pelaku dengan peristiwa yang terjadi.
Sinonim: مَنْ (dalam penggunaan khusus).
3. أَسْرَىٰ
أسرى/ أسرى بـ يُسرِي، أَسْرِ، إسراءً، فهو مُسْرٍ، والمفعول مُسْرًى
أسرى : سار ليلاً : berjalan di malam hari
Fi’il madhi (kata kerja lampau) yang menunjukkan kepastian terjadinya peristiwa.
Sinonim: سَارَ (berjalan), مَشَىٰ (melangkah), رَحَلَ (berpindah).
4. بِعَبْدِهِ
عَبْد1 [مفرد]: ج عِباد وعُبَّاد وعَبَدة
عَبْد2 [مفرد]: ج عَبيد
Kata عبد (hamba) menunjukkan kehormatan, karena penyandaran langsung kepada Allah.
Menunjukkan kesempurnaan penghambaan Rasulullah.
Sinonim: رَسُوْلِهِ (utusan-Nya), نَبِيِّهِ (nabi-Nya), عَابِدِهِ (hamba yang beribadah kepada-Nya).
5. لَيْلًا
لَيْل [مفرد]: ج لَيَالٍ
Nakirah (indefinitif) untuk menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi dalam waktu singkat, meskipun mencakup perjalanan jauh.
Menegaskan bahwa perjalanan ini adalah mukjizat karena dilakukan dalam waktu yang tidak mungkin bagi manusia biasa.
Sinonim: دُجًى (malam yang gelap), سَحَرًا (waktu fajar).
6. مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
مَسْجِد [مفرد]: ج مساجِدُ
حَرام [مفرد]: ج حُرُم
Dari masjid, bukan dari kota Mekah, menunjukkan keutamaan Masjidil Haram sebagai titik awal keberkahan.
Al-Haram (yang suci) menegaskan kemuliaan tempat ini.
Sinonim: مِنْ بَيْتِ اللهِ (dari Baitullah), مِنَ الْكَعْبَةِ (dari Ka‘bah).
7. إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
أقْصَى [مفرد]: ج أقاصٍ
اسم تفضيل من قصا
قصا و تقصّى عنهم : menjauh
Kata الأقصى (yang jauh) menunjukkan bahwa perjalanan ini melampaui batas logika manusia, menandakan mukjizat. Penyebutan dua masjid suci memperkuat hubungan spiritual antara Mekah dan Baitul Maqdis.
Sinonim: إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ (ke Baitul Maqdis).
8. الَّذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ
باركَ/ باركَ على/ باركَ في/ باركَ لـ يبارك، بَارِكْ، مصدر مُبَارَكَةٌ، فهو مُبارِك، والمفعول مُبارَك
بَارَكَ - يُبَارِكُ : memberkati , memberi selamat
بَارَكْنَا (Kami berkahi) bukan hanya pada masjidnya, tetapi juga حَوْلَهُ (sekitarnya), menunjukkan kelimpahan keberkahan di Syam dan Palestina.
Sinonim: قَدَّسْنَاهُ (Kami sucikan), نَمَّيْنَاهُ (Kami suburkan).
Dalam ayat الَّذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ, keberkahan yang Allah berikan kepada Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya bisa diartikan dalam beberapa aspek:
Keberkahan spiritual: Palestina adalah tanah suci yang menjadi tempat para nabi, kiblat pertama umat Islam, dan salah satu tempat sujud utama setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Keberkahan alamiah: Secara geografis, Palestina terkenal sebagai tanah yang subur, memiliki hasil bumi yang melimpah, dan menjadi perlintasan peradaban besar.
Keberkahan historis: Dari zaman Nabi Ibrahim, Nabi Musa, hingga Nabi Isa, banyak peristiwa besar dalam sejarah agama terjadi di wilayah ini.
Jadi, keberkahan tidak selalu berarti bebas dari ujian atau cobaan, tetapi lebih kepada nilai yang tinggi dalam pandangan Allah.
Keberkahan Ujian: Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa tempat atau kaum yang diberkahi tidak berarti bebas dari ujian:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? (Al-‘Ankabūt [29]:2)
Ujian berupa konflik dan penjajahan bisa menjadi bagian dari sunnatullah (ketetapan Allah) dalam kehidupan dunia.Umat Islam di Palestina diuji dengan kesabaran, perjuangan, dan keteguhan iman.
9. لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
رأَى1 يَرَى، رَه، مصدر رُؤْيَةٌ، رَأْيٌ، فهو راءٍ، والمفعول مَرئِيّ
رَأَى - يَرَى : melihat , memandang , mempertimbangkan , memikirkan , menganggap , mempercayai
آيَة [مفرد]: ج آيات وآي
آيَة ج : 1. sinyal , tanda , alamat ; 2. mukjizat , keajaiban , kejadian luar biasa ; 3. karya agung ; 4. ayat dari kitab suci
لِ menunjukkan tujuan perjalanan ini, yaitu memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah.
مِنْ dalam مِنْ آيَاتِنَا menunjukkan bahwa tanda-tanda Allah tidak terbatas, tetapi hanya sebagian yang diperlihatkan.
Sinonim: لِنُظْهِرَ لَهُ (agar Kami tampakkan kepadanya).
10. إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
سَمِيع [مفرد]:
1- صفة مشبَّهة تدلّ على الثبوت من سمِعَ/ سمِعَ إلى/ سمِعَ لـ.
سمِعَ/ سمِعَ إلى/ سمِعَ لـ يَسمَع، اِسْمَعْ، مصدر سَمْعٌ، سَمَاعٌ، فهو سامِع وسميع، والمفعول مَسْموع
بَصير [مفرد]
صفة مشبَّهة تدلّ على الثبوت من بصُرَ/ بصُرَ بـ وبصِرَ/ بصِرَ بـ/ بصِرَ في
بصُرَ/ بصُرَ بـ يَبصُر، اُبْصُرْ، مصدر بَصَرٌ، بَصارَةٌ، فهو بَصير، والمفعول مبصور به
بَصُرَ - يَبْصُرُ : melihat
إِنَّهُ sebagai taukid (penguatan), menegaskan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat segala sesuatu.
هُوَ sebagai dhamir fasl (kata pemisah), menegaskan keunikan sifat Allah.
Sinonim: إِنَّ اللهَ يَعْلَمُ كُلَّ شَيْءٍ (sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu).
Semoga Bermanfaat.
