Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Irsyadul Adab: Keutamaan Membaca Al-Qur'an (Bagian 3)


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا

Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin, sedangkan bagi orang-orang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.
(Al-Isrā' [17]:82)


Penjelasan:

وَنُنَزِّلُ
Secara bahasa: Kami turunkan secara bertahap.

نزَّلَ ينزِّل، نَزِّلْ، مصدر تَنْزِيلٌ، فهو مُنزِّل، والمفعول مُنزَّل

نَزَّلَ - ينزّل : menurukan

Sinonim: نُنْزِلُ – Kami turunkan (langsung), نُوحِي – Kami wahyukan.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: Kata “نُنَزِّلُ” menunjukkan proses penurunan secara berangsur, sesuai dengan kenyataan bahwa Al-Qur’an diturunkan bertahap selama 23 tahun.
Makna dalam konteks ayat: Allah menurunkan sebagian dari Al-Qur’an dengan tujuan tertentu.

مِنَ
Secara bahasa: dari.
Sinonim: عَنْ – dari, فِي – di dalam.
Makna dalam konteks ayat: Menunjukkan sebagian kandungan Al-Qur’an, bukan seluruhnya.

الْقُرْاٰنِ
Secara bahasa: Al-Qur’an, dari akar ق-ر-أ yang berarti bacaan.

قرَأَ يَقرَأ، اِقْرَأْ، مصدر قِرَاءةٌ، قُرْآنٌ، فهو قارئ، والمفعول مَقْروء

Sinonim: الذِّكْر – peringatan, الْكِتَاب – kitab.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “الْقُرْآنِ” adalah nama khas wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, bersifat resmi dan lengkap.
Makna dalam konteks ayat: Wahyu suci sebagai sumber petunjuk, penyembuh dan rahmat.

مَا
Secara bahasa: apa/yang.
Sinonim: الَّذِي – yang, شَيْء – sesuatu.
Makna dalam konteks ayat: Yang di dalam Al-Qur’an itu (sebagian) adalah penyembuh dan rahmat.

هُو
Secara bahasa: dia/itu.
Sinonim: ذَلِكَ – itu, إِيَّاهُ – dia itu.
Makna dalam konteks ayat: Penekanan bahwa bagian dari Al-Qur’an itu memiliki sifat penyembuh dan rahmat.

شِفَاءٌ
Secara bahasa: penyembuh.

شِفاء [مفرد]: ج أشفية (لغير المصدر):
1- مصدر شفَى وشُفِيَ

شفَى يَشفِي، اشفِ، شِفاءً، فهو شافٍ، والمفعول مَشفِيّ

شَفَى - يَشْفِيْ : mengobati , menyembuhkan , mengembalikan kesehatan , memulihkan

Sinonim: دَوَاء – obat, بَلْسَم – penawar.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “شِفَاء” menunjukkan hasil akhir (kesembuhan), bukan sekadar alat penyembuh seperti “دواء”.
Makna dalam konteks ayat: Al-Qur’an menyembuhkan penyakit hati, seperti syirik, hasad, dan keraguan.

و
Secara bahasa: dan.
Sinonim: ثم – lalu, كذلك – demikian juga.
Makna dalam konteks ayat: Menyambungkan dua fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai penyembuh dan rahmat.

رَحْمَةٌ
Secara bahasa: rahmat, kasih sayang.

رحِمَ يَرحَم، اِرْحَمْ، مصدر رَحْمَةٌ، مَرْحَمَةٌ، رُحُمٌ، فهو راحِم، والمفعول مَرْحوم
رَحِمَ - يَرْحَمُ : mengasihi , menyayangi

Sinonim: فَضْل – karunia, لُطْف – kelembutan.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “رَحْمَةٌ” mencakup seluruh bentuk kasih sayang Allah, baik duniawi maupun ukhrawi.
Makna dalam konteks ayat: Al-Qur’an membawa ketenangan, ampunan, dan petunjuk bagi hati yang beriman.

لِّلْمُؤْمِنِينَ
Secara bahasa: bagi orang-orang yang beriman.

آمنَ/ آمنَ بـ/ آمنَ لـ يُؤمن، آمِنْ، مصدر إِيمَانٌ، فهو مُؤمِن، والمفعول مُؤمَن

آمَنَ - يُؤْمِنُ بِـ : percaya akan , beriman pada

Sinonim: لِلْمُسْلِمِينَ – untuk orang Muslim, لِلصَّادِقِينَ – untuk orang jujur.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “الْمُؤْمِنِينَ” menekankan iman yang hidup dan aktif di dalam hati, bukan hanya identitas formal.
Makna dalam konteks ayat: Hanya orang-orang beriman yang merasakan penyembuhan dan rahmat dari Al-Qur’an.

وَلَا
Secara bahasa: dan tidak.
Sinonim: لَم – tidak (masa lampau), مَا – tidak (penafian umum).
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “وَلَا” digunakan untuk penafian masa kini dan masa mendatang, cocok untuk konteks akibat permanen.
Makna dalam konteks ayat: Berpindah pada kelompok kedua yang merugi karena sikapnya terhadap Al-Qur’an.

يَزِيد
Secara bahasa: menambah.

زادَ/ زادَ على/ زادَ عن/ زادَ في/ زادَ من يَزِيد، زِدْ، زِيادةً وزَيْدًا، فهو زائد، والمفعول مَزيد

زَادَ - يَزِيْدُ : menambah , meningkatkan , menumbuhkan , memperbanyak , mempertinggi , memperbesar , menjadi lebih

Sinonim: يُكْثِرُ – memperbanyak, يُضَاعِفُ – melipatgandakan.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “يَزِيدُ” menunjukkan pertambahan progresif, sesuai konteks kerugian yang terus bertambah.
Makna dalam konteks ayat: Al-Qur’an justru memperparah kerugian orang zalim karena penolakan mereka.

الظَّالِمِينَ
Secara bahasa: orang-orang yang zalim.

ظلَمَ يظلِم، ظَلْمًا وظُلْمًا، فهو ظالِم، والمفعول مَظْلوم

Sinonim: الْكَافِرِينَ – orang kafir, الْفَاسِقِينَ – orang fasik.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “الظَّالِمِينَ” lebih umum dan dalam, mencakup kekufuran, syirik, maksiat, dan ketidakadilan.
Makna dalam konteks ayat: Mereka yang tidak mau menerima kebenaran dan menolak Al-Qur’an.

إِلَّا
Secara bahasa: kecuali.
Sinonim: غَيْر – selain, سِوَى – selain dari itu.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “إِلَّا” merupakan bentuk pengecualian formal dan kuat dalam bahasa Arab.
Makna dalam konteks ayat: Penegasan bahwa tak ada dampak lain bagi mereka selain kerugian.

خَسَارًا
Secara bahasa: kerugian.

خَسَار [مفرد]: مصدر خسِرَ.

خسِرَ يَخسَر، خَسْرًا وخُسْرًا وخَسَارًا وخَسارةً وخُسرانًا، فهو خاسِر وخسِر، والمفعول مخسور

خَسِرَ - يَخْسرُ : menghilangkan , mengorbankan

Sinonim: ضَيَاعًا – kesia-siaan, هَلَاكًا – kebinasaan.
Kenapa tidak digunakan sinonimnya: “خَسَار” adalah istilah Qur’ani yang mencakup kerugian total, dunia dan akhirat.
Makna dalam konteks ayat: Penolakan terhadap Al-Qur’an tidak akan memberi manfaat sedikit pun, bahkan menambah kerugian yang mendalam.


Hikmah:


1. ٱلْقُرْآنُ شِفَاءٌ لِمَرَضِ ٱلْقُلُوبِ وَدَاءِ ٱلشُّبُهَاتِ وَٱلشَّهَوَاتِ
ٱلْقُرْآنُ ٱلْكَرِيمُ يُزِيلُ ٱلشُّبُهَاتِ مِنَ ٱلْعُقُولِ، وَيُطَهِّرُ ٱلْقُلُوبَ مِنَ ٱلْأَمْرَاضِ ٱلْبَاطِنِيَّةِ، كَٱلْحَسَدِ، وَٱلْكِبْرِ، وَٱلشَّكِّ، فَيَكُونُ سَبَبًا فِي طُمَأْنِينَةِ ٱلْقَلْبِ وَسَلَامَةِ ٱلنَّفْسِ.

1. Al-Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan penghilang keraguan serta hawa nafsu.
Al-Qur’an yang mulia menghilangkan keraguan dari akal, membersihkan hati dari penyakit batin seperti dengki, kesombongan, dan keraguan, sehingga menjadi sebab ketenangan hati dan keselamatan jiwa.

2. ٱلْقُرْآنُ رَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ فِي ٱلدُّنْيَا وَٱلْآخِرَةِ
رَحْمَةُ ٱلْقُرْآنِ تَشْمَلُ ٱلتَّوْفِيقَ لِلطَّاعَاتِ، وَٱلسَّكِينَةَ فِي ٱلْقُلُوبِ، وَٱلْبُشْرَى فِي ٱلْآخِرَةِ. فَٱلْمُؤْمِنُ يَجِدُ فِي تِلَاوَتِهِ وَٱتِّبَاعِهِ حَيَاةً مُطْمَئِنَّةً وَرَحْمَةً وَاسِعَةً.

2. Al-Qur’an adalah rahmat bagi orang-orang beriman di dunia dan akhirat.
Rahmat Al-Qur’an mencakup kemudahan dalam ketaatan, ketenangan di hati, dan kabar gembira di akhirat. Maka orang beriman menemukan dalam membaca dan mengikuti Al-Qur’an kehidupan yang penuh ketenangan dan rahmat yang luas.

3. ٱلظُّلْمُ سَبَبٌ لِخَسَارَةِ ٱلْمَعْنَى وَٱلْمَغْفِرَةِ وَٱلْهِدَايَةِ
مَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِٱلْقُرْآنِ وَكَانَ مِنَ ٱلظَّالِمِينَ، فَإِنَّهُ لَا يَزْدَادُ بِتِلَاوَتِهِ إِلَّا ضَلَالًا وَخُسْرَانًا، لِأَنَّهُ يُعْرِضُ عَنِ ٱلْحَقِّ وَيُكَابِرُ فِي ٱلْبَاطِلِ، فَلَا يَنَالُ شِفَاءَهُ وَلَا رَحْمَتَهُ.

3. Kezaliman adalah sebab kerugian makna, ampunan, dan petunjuk.
Barang siapa tidak beriman kepada Al-Qur’an dan termasuk orang-orang yang zalim, maka dengan membaca Al-Qur’an dia tidak akan bertambah kecuali sesat dan rugi, karena dia berpaling dari kebenaran dan membangkang dalam kebatilan, sehingga tidak memperoleh penyembuhan maupun rahmatnya.

Wallahu'alam.