Argumentasi: Kenapa Harus Jum'atan Lagi?
Pernahkah Anda mendengar argumentasi retoris orang-orang liberal yang di sharing diberbagai media sosial seperti ini?
“A: Kamu sudah shalat Jumat?
Liberal: Sudah pernah, ngapain shalat Jumat lagi.
A: Kalau begitu, kamu sudah pernah makan?
Liberal: Sudah.
A: Kenapa makan lagi?
Liberal: Karena lapar.
A: Kalau begitu, kenapa tidak shalat Jumat lagi?
Liberal: Kalau tidak makan, kita bisa mati. Tapi kalau tidak shalat Jumat, emang bikin kita mati!”
Pertanyaan seperti ini sering dipakai orang-orang yang gemar menggugat kebiasaan orang yang mengajak untuk beribadah. Lalu, bagaimana seharusnya kita menjawabnya?
Pertanyaan itu sifatnya retoris dan mencoba membuat perbandingan yang sebenarnya tidak sepadan.
Jawabannya bisa dijelaskan dari dua sisi: logika dan syariat.
Jawaban dari sisi logika:
Makan adalah kebutuhan biologis harian, tanpa makan tubuh akan lemah dan akhirnya mati.
Jumatan adalah ibadah mingguan, tidak langsung membuat tubuh mati kalau ditinggalkan, tetapi dampak “kematian” di sini bersifat spiritual: hati menjadi keras, iman melemah, dan manusia jauh dari ketaatan.
Perbandingan “kalau nggak makan mati” vs “kalau nggak jumatan nggak mati” adalah false analogy (perumpamaan yang keliru).
Efeknya memang berbeda: makan menjaga hidup fisik, Jumatan menjaga hidup rohani.
Dua-duanya penting, hanya saja sifat kebutuhannya berbeda.
Bayangkan kamu punya HP. Makan itu seperti charging baterai fisik supaya HP menyala.
Jumatan itu seperti update sistem supaya HP nggak error dan tetap aman dipakai. Kalau nggak makan, baterai habis. Kalau nggak Jumatan, sistem jadi rusak pelan-pelan, mungkin nggak mati langsung, tapi akhirnya HP nggak bisa dipakai sebagaimana mestinya.
Jawaban dari sisi syariat:
Dalam Islam, Jumatan bukan sekadar kebiasaan, tapi perintah langsung dari Allah Swt. dalam QS. Al-Jumu’ah: 9:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, apabila (seruan) untuk melaksanakan salat pada hari Jumat telah dikumandangkan, segeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Jumu‘ah [62]:9)
Kalau makan itu kewajiban alamiah untuk mempertahankan hidup di dunia, Jumatan itu kewajiban syar’i untuk menjaga hubungan dengan Allah dan memperkuat kehidupan akhirat.
Meninggalkan makan membahayakan tubuh, meninggalkan Jumatan (tanpa uzur) membahayakan iman dan bisa mendatangkan dosa besar.
Wallahu'alam.
Semoga bermanfaat.
Pengasuh Mahad Bahasa Adab