Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menaklukkan Nafsu: Menuju Kesucian Diri

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Marilah kita bersama-sama merenungkan ayat suci Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 7: 

وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمِيْثَاقَهُ الَّذِيْ وَاثَقَكُمْ بِهٖٓ ۙاِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ


Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah Dia ikatkan kepadamu ketika kamu mengatakan, “Kami mendengar dan kami menaati.” Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (Al-Mā'idah [5]:7)

Ayat ini mengingatkan kita tentang nikmat Allah yang begitu banyak, termasuk nikmat iman dan Islam. Di ayat ini, Allah juga mengingatkan kita tentang janji-Nya yang akan ditepati. Sebagai balasannya, Allah meminta kita untuk bertakwa kepada-Nya.

Tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu Islam yang fokus pada penyucian hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam konteks ayat ini, tasawuf memberikan beberapa pelajaran penting:

1. Mengingat Nikmat Allah (Aqidah)
Tasawuf mengajarkan kita untuk selalu mengingat nikmat Allah, baik nikmat lahir maupun batin. Dengan mengingat nikmat Allah, hati kita akan menjadi lebih bersyukur dan cinta kepada-Nya.

2. Menepati Janji (Akhlak)
Tasawuf juga menekankan pentingnya menepati janji. Janji yang dimaksud di sini bukan hanya janji kepada manusia, tetapi juga janji kepada Allah. Ketika kita beriman kepada Allah, maka kita telah berjanji untuk patuh dan taat kepada-Nya.

3. Bertakwa kepada Allah (Akhlak)
Takwa merupakan inti dari ajaran tasawuf. Takwa berarti selalu menjaga diri dari segala perbuatan yang diharamkan Allah dan selalu berusaha melakukan apa yang diperintahkan-Nya.

Berikut ini adalah 3 perumpamaan mutiara tasawuf yang relevan dengan ayat di atas:

1. Hati bagaikan cermin
Hati yang bersih bagaikan cermin yang dapat memantulkan cahaya Allah. Sebaliknya, hati yang kotor bagaikan cermin yang kusam dan tidak dapat memantulkan cahaya Allah.

2. Nafsu bagaikan kuda
Nafsu bagaikan kuda yang liar dan kuat. Jika tidak dikendalikan dengan baik, maka nafsu akan membawa kita kepada kesesatan.

3. Dunia bagaikan mimpi
Dunia ini bagaikan mimpi yang indah. Ketika kita terlena dalam mimpi, maka kita akan merasakan kenikmatannya. Namun, ketika kita bangun, maka mimpi itu akan hilang.

Marilah kita bersama-sama berusaha untuk membersihkan hati, menepati janji, dan bertakwa kepada Allah SWT.

wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pengasuh,
MAHAD BAHASA & ADAB















Post a Comment for "Menaklukkan Nafsu: Menuju Kesucian Diri"