Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memaknai Nikmat Duniawi dengan Kesadaran Ilahi




Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

وَاللّٰهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّجَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْ بَنِيْنَ وَحَفَدَةً وَّرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَتِ اللّٰهِ هُمْ يَكْفُرُوْنَۙ

Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar?
(An-Naḥl [16]:72)

Aqidah:
Ayat ini mengingatkan kita tentang keesaan Allah dan nikmat-Nya yang tak terhitung. Bagi seorang sufi, ini menjadi dasar untuk memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah.

Akhlak:
1. Syukur: Mensyukuri nikmat Allah dengan cara menggunakannya untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Tawadhu: Mengakui bahwa semua nikmat datang dari Allah dan tidak sombong dengan apa yang dimiliki.
3. Qana'ah: Merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan tidak tergoda oleh duniawi.
4. Zuhud: Meninggalkan hal-hal duniawi yang berlebihan dan fokus pada hal-hal akhirat.
5. Ikhlas: Menerima semua nikmat dan musibah dengan hati yang lapang dan ikhlas karena Allah.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan:
1. Pasangan: Pasangan suami istri bagaikan dua sayap burung yang saling melengkapi untuk terbang menuju kebahagiaan.
2. Anak dan Cucu: Anak dan cucu bagaikan tunas-tunas yang menumbuhkan harapan dan cinta dalam kehidupan.
3. Rezeki: Rezeki bagaikan air yang mengalir, terus menerus datang dan pergi. Seorang sufi tidak terikat pada rezeki, tetapi fokus pada rasa syukur dan kepasrahan kepada Allah.
4. Kebatilan: Kebatilan bagaikan fatamorgana yang menipu dan menyesatkan. Seorang sufi selalu berpegang teguh pada kebenaran dan menghindari kesesatan.
5. Nikmat Allah: Nikmat Allah bagaikan samudra yang tidak terhingga. Seorang sufi selalu bersyukur dan merasakan kehadiran Allah dalam setiap nikmat yang diterimanya.

Semoga ayat ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah dan meningkatkan kualitas iman dan akhlak kita. Marilah kita teladani sifat-sifat Allah dan menempuh jalan kesucian dengan mempelajari tasawuf.

Semoga bermanfaat,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pengasuh,
MAHAD BAHASA & ADAB
















Post a Comment for "Memaknai Nikmat Duniawi dengan Kesadaran Ilahi"